AshefaNews – Surah Al-Kahfi merupakan surah yang memiliki arti secara harfiah Gua. Nama tersebut diambil dari kisah sekelompok pemuda yang pergi dan menjauh dari gangguan penguasa yang dzalim pada masanya, lalu mereka tertidur di gua selama tiga ratus tahun lebih.
Surah yang terdiri dari 110 ayat ini nyaris kesemuanya turun sekaligus sebelum Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam berhijrah ke Madinah. Meski ada sebagian yang mengecualikan beberapa ayat dalam surah Al-Kahfi, yakni dari ayat pertama sampai ayat kedelapan.
Ada juga yang mengecualikannya pada ayat 28 dan 29. Sedang pendapat yang lain mengecualikan ayat 107 sampai dengan 110. Pengecualian-pengecualian dalam surah Al-Kahfi ini dinilai oleh banyak ulama bukan pada tempatnya. Akan tetapi dikenal sejak masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan beliau sendiri menamainya demikian.
Berikut Surat Al-Kahfi Ayat 1- 10:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَ لۡحَمۡدُ لِلّٰهِ الَّذِىۡۤ اَنۡزَلَ عَلٰى عَبۡدِهِ الۡكِتٰبَ وَلَمۡ يَجۡعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ؕ
Alhamdu lillaahil laziii anzala ‘alaa ‘abdihil kitaaba wa lam yaj’al lahuu ‘iwajaa
- Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok;
قَيِّمًا لِّيُنۡذِرَ بَاۡسًا شَدِيۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡهُ وَيُبَشِّرَ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ الَّذِيۡنَ يَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمۡ اَجۡرًا حَسَنًا
Qaiyimal liyunzira baasan shadiidam mil ladunhu wa yubashshiral mu’miniinal laziina ya’maluunas saalihaati anna lahum ajran hasanaa
- sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik.
مّٰكِثِيۡنَ فِيۡهِ اَبَدًا ۙ
Maakisiina fiihi abadaa
- mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
وَّيُنۡذِرَ الَّذِيۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًا
Wa yunziral laziina qoolut takhazal laahu waladaa
- Dan untuk memperingatkan kepada orang yang berkata, “Allah mengambil seorang anak.”
مَا لَهُمۡ بِهٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّلَا لِاٰبَآٮِٕهِمۡؕ كَبُرَتۡ كَلِمَةً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاهِهِمۡؕ اِنۡ يَّقُوۡلُوۡنَ اِلَّا كَذِبًا
Maa lahum bihii min ‘ilminw wa laa li aabaaa’ihim; kaburat kalimatan takhruju min afwaahihim; iny yaquuluuna illaa kazibaa
- Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka.
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّـفۡسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمۡ اِنۡ لَّمۡ يُؤۡمِنُوۡا بِهٰذَا الۡحَـدِيۡثِ اَسَفًا
Fala’allaka baakhi’un nafsaka ‘alaaa aasaarihim illam yu;minuu bihaazal hadiisi asafaa
- Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).
اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى الۡاَرۡضِ زِيۡنَةً لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ اَ يُّهُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا
Innaa ja’alnaa ma ‘alal ardi ziinatal lahaa linabluwahum ayyuhum ahsanu ‘amalaa
- Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.
وَاِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَيۡهَا صَعِيۡدًا جُرُزًا
Wa innaa lajaa ‘iluuna maa ‘alaihaa sa’aiidan juruzaa
- Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering.
اَمۡ حَسِبۡتَ اَنَّ اَصۡحٰبَ الۡـكَهۡفِ وَالرَّقِيۡمِۙ كَانُوۡا مِنۡ اٰيٰتِنَا عَجَبًا
Am hasibta anna Ashaabal Kahfi war Raqiimi kaanuu min Aayaatinaa ‘ajabaa
- Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?
اِذۡ اَوَى الۡفِتۡيَةُ اِلَى الۡـكَهۡفِ فَقَالُوۡا رَبَّنَاۤ اٰتِنَا مِنۡ لَّدُنۡكَ رَحۡمَةً وَّهَيِّئۡ لَـنَا مِنۡ اَمۡرِنَا رَشَدًا
Iz awal fityatu ilal Kahfi faqooluu Rabbanaaa aatinaa mil ladunka rahmatanw wa haiyi’ lanaa min amrinaa rashadaa
- (Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”
Terdapat pula pandangan para ulama dalam kitab tafsirnya, diantaranya ialah Imam Ibnu Katsir dan Sayyid Qutb.
1. Pandangan Imam Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya
Didalam Kitab Tafsir Alquran Al-Karim, Imam Ibnu Katsir lebih berfokus pada faedah yang didapatkan dalam surah Al-Kahfi sebagaimana yang sudah masyhur di masyarakat.
Pertama, pada awal pembukaan dan akhir surah Al-Kahfi merupakan doa untuk menghindari fitnah dajjal.
Kedua, membacanya pada hari jum’at maka akan terpancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit yang memberikan sinar padanya di hari kiamat dan diampuni dosanya antara dua jum’at.
Ketiga, membaca surah Al- Kahfi pada hari Jum’at, maka ia dipelihara selama delapan hari dari segala fitnah, dan jika Dajjal keluar, maka ia dipelihara dari fitnahnya.
2. Pandangan Sayyid Qutb dalam Kitab Tafsirnya
Dalam Kitab Fii Dzilalil Quran Sayyid Qutb, dipaparkan faedah yang didapat dibalik surah al-Kahfi. Diantaranya ialah akidah, kebenaran, norma-norma dan kabar bahagia.
ia mengatakan bahwa terdapat beberapa poin dalam surah Al- kahfi, diantaranya:
Pertama, berkaitan dengan akidah. Koreksi atas Aqidah ditetapkan pada bagian awal dan akhir surah al-Kahfi. Terlihat sangat rapi arahannya dalam mendakwahkan Tauhid untuk mengingkari kemusyrikan, menetapkan wahyu serta membedakan secara mutlak antara Dzat Illahi dan hal-hal yang baru. Maka demikian pula para ulama di setiap keadaan apapun berusaha untuk memelihara agama yang mengesakan Allah SWT yaitu Islam, tauhid merupakan tonggak utama dalam menetapkan Aqidah di dalam hati.
Hal ini terdapat pada ayat 1-5,
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ ٱلْكِتَٰبَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُۥ عِوَجَا ۜ قَيِّمًا لِّيُنذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِّن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا. مَّٰكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا, وَيُنذِرَ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدًا, مَّا لَهُم بِهِۦ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِءَابَآئِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ ۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا, فَلَعَلَّكَ بَٰخِعٌ نَّفْسَكَ عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِمْ إِن لَّمْ يُؤْمِنُوا۟ بِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَسَفًا
Artinya, “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya. Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak”. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.”
Kedua, tentang kebenaran. Dalam surah ini mengoreksi atas metode berpikir, pembenaran dan menganalisis metode berpikir dalam pengingkaran terhadap pengakuan palsu orang-orang musyrik yang mengatakan sesuatu tanpa dasar ilmu.
Adapun hal ini terdapat pada ayat 4-5,
, مَّا لَهُم بِهِۦ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِءَابَآئِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ ۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا, فَلَعَلَّكَ بَٰخِعٌ نَّفْسَكَ عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِمْ إِن لَّمْ يُؤْمِنُوا۟ بِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَسَفًا
Artinya, “Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak”. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.”
Ketiga, tentang norma-norma. Surah al-Kahfi juga mengoreksi atas norma-norma yang barometernya adalah Aqidah. Ia mengarahkan jika norma-norma hakiki kepada keimanan dan amal saleh serta mengecilkan setiap norma-norma duniawi yang bisa menyilaukan mata.
Sebagaimana yang disampaikan dalam firman Allah Swt ayat 7-8,
إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلًا – وَإِنَّا لَجَٰعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا
Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.”
Keempat, memberikan kabar gembira. Adapun yang keempat menceritakan Jannatain (dua kebun) menggambarkan bagaimana seharusnya seorang mukmin berbangga dengan imannya dalam menghadapi godaan harta benda, kedudukan, dan perhiasan.
Sehingga dengan demikian yang bisa diambil pedoman hidup dalam Surah Al-Kahfi ini ialah ketaatan dan keimanan yang kukuh ketika mengesakan Allah SWT untuk dijadikan tempat bersandar dimanapun seseorang itu berada, serta menjadikan Allah sebagai hal yang utama dalam kehidupan yang hina ini.
Sebagaimana diceritakan dalam surah al-Kahfi ayat 37-41,
قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلا , لَكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا, وَلَوْلا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ إِنْ تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنْكَ مَالا وَوَلَدًا , فَعَسَى رَبِّي أَنْ يُؤْتِيَنِ خَيْرًا مِنْ جَنَّتِكَ وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِنَ السَّمَاءِ فَتُصْبِحَ صَعِيدًا زَلَقًا , أَوْ يُصْبِحَ مَاؤُهَا غَوْرًا فَلَنْ تَسْتَطِيعَ لَهُ طَلَبًا
Artinya, “Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya — sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku. Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “masyaallah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan, maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu; hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin; atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi.”
Demikianlah pendapat para ulama mengenai surah al-kahfi. Adapun anjuran membaca al-Kahfi pada hari jum’at merupakan perkara sunnah yang memiliki kebaikan apabila dilakukan secara rutin namun tidak lantas menjadi suatu perkara yang wajib.
Manfaat dan Keutamaan Surat Al Kahfi
Surat Al-Kahfi adalah salah satu surat dalam Al-Quran yang memiliki keutamaan dan manfaat yang sangat besar bagi umat Muslim. Surat ini terdiri dari 110 ayat dan menceritakan beberapa kisah penting yang dapat memberikan pelajaran moral dan spiritual yang berharga bagi kehidupan manusia.
Salah satu keutamaan Surat Al-Kahfi adalah bahwa membacanya dapat memberikan perlindungan dari fitnah dan tipu muslihat setan. Hal ini dikarenakan dalam surat ini terdapat kisah tentang pemuda yang berlindung di dalam gua dan dijaga oleh Allah SWT dari tipu daya dan fitnah orang-orang yang tidak beriman. Kisah ini mengajarkan kita untuk selalu berserah diri kepada Allah dan meminta perlindungan-Nya dari segala bentuk bahaya dan tipu muslihat yang dapat mengganggu iman dan keimananan kita.
Selain itu, membaca Surat Al-Kahfi pada hari Jumat juga memiliki keutamaan yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa membaca Surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka dia akan diberi cahaya antara dua Jumat.” Artinya, membaca Surat Al-Kahfi pada hari Jumat akan memberikan keberkahan dan rahmat dari Allah SWT serta memberikan cahaya bagi orang yang membacanya hingga datangnya Jumat berikutnya.
Selain itu, membaca Surat Al-Kahfi juga dapat memberikan keberkahan dalam rezeki dan memberikan kemudahan dalam urusan dunia dan akhirat. Hal ini dikarenakan dalam surat ini terdapat kisah tentang dua orang yang saling berlomba untuk mendapatkan kekayaan dunia. Namun, Allah SWT memberikan keberkahan pada orang yang bersyukur atas apa yang telah diberikan-Nya dan mengingat bahwa segala sesuatu hanyalah sementara di dunia ini.
Selain itu, membaca Surat Al-Kahfi juga dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga persaudaraan dan hubungan dengan sesama manusia. Hal ini terlihat dari kisah Ashabul Kahfi yang bersatu padu untuk menghindari penganiayaan dan kezaliman dari penguasa yang tidak adil. Kisah ini mengajarkan kita bahwa persaudaraan dan persatuan dalam kebaikan dapat melawan segala bentuk kezaliman dan kejahatan di dunia ini.
Selain itu, membaca Surat Al-Kahfi juga dapat memberikan kebaikan bagi orang yang sudah meninggal dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa membaca Surat Al-Kahfi pada malam Jumat, maka ia akan diberikan cahaya di antara dua Jumat dan dosanya diampuni antara dua Jumat.” Artinya, membaca Surat Al-Kahfi pada malam Jumat dapat memberikan kebaikan dan pahala bagi orang yang sudah meninggal dunia.
Dalam kesimpulannya, Surat Al-Kahfi merupakan surat yang memiliki banyak keutamaan dan manfaat bagi umat Muslim. Membaca surat ini dapat memberikan perlindungan dari segala bentuk bahaya dan tipu muslihat setan, memberikan keberkahan dalam rezeki, memberikan pemahaman tentang penting
Kapan waktu yang tepat untuk membaca surat Al-Kahfi?
Membaca Surat Al-Kahfi merupakan salah satu amalan yang dianjurkan dalam Islam. Surat ini memuat kisah-kisah penting yang memiliki pelajaran moral dan spiritual yang berharga bagi kehidupan manusia. Selain itu, membaca Surat Al-Kahfi juga memiliki banyak keutamaan dan manfaat, seperti memberikan perlindungan dari fitnah dan tipu muslihat setan, memberikan keberkahan dalam rezeki, dan memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga persaudaraan dan hubungan dengan sesama manusia.
Namun, meskipun membaca Surat Al-Kahfi memiliki banyak keutamaan dan manfaat, tidak semua waktu cocok untuk membacanya. Sebagai umat Muslim, kita perlu mengetahui kapan waktu yang tepat untuk membaca Surat Al-Kahfi agar dapat memperoleh keutamaan dan manfaat yang lebih besar.
Waktu yang paling tepat untuk membaca Surat Al-Kahfi adalah pada hari Jumat. Hal ini dikarenakan pada hari Jumat terdapat keistimewaan yang tidak dimiliki hari-hari lainnya. Pada hari Jumat, Allah SWT akan memberikan banyak rahmat dan keberkahan bagi umat Muslim yang melakukan amalan kebaikan. Membaca Surat Al-Kahfi pada hari Jumat juga memiliki keutamaan yang sangat besar, seperti memberikan cahaya antara dua Jumat dan memberikan keberkahan dalam urusan dunia dan akhirat.
Selain itu, waktu yang tepat untuk membaca Surat Al-Kahfi juga adalah pada malam Jumat. Pada malam Jumat, Allah SWT akan memberikan banyak rahmat dan keberkahan bagi umat Muslim yang melakukan amalan kebaikan. Membaca Surat Al-Kahfi pada malam Jumat juga memiliki keutamaan yang sangat besar, seperti memberikan cahaya antara dua Jumat dan mengampuni dosa antara dua Jumat.
Selain itu, waktu yang tepat untuk membaca Surat Al-Kahfi juga adalah pada waktu pagi atau siang hari. Hal ini dikarenakan membaca Surat Al-Kahfi pada waktu pagi atau siang hari dapat memberikan perlindungan dari segala bentuk bahaya dan tipu muslihat setan. Selain itu, membaca Surat Al-Kahfi pada waktu pagi atau siang hari juga dapat memberikan keberkahan dalam urusan dunia dan akhirat.
Namun, perlu diingat bahwa membaca Surat Al-Kahfi tidak hanya terbatas pada waktu-waktu tertentu saja. Kita dapat membacanya kapan saja dan di mana saja, asalkan dengan niat yang baik dan penuh keikhlasan. Selain itu, membaca Surat Al-Kahfi tidak hanya sekali dalam seumur hidup, melainkan dapat dilakukan secara rutin sebagai amalan yang dapat mempererat hubungan kita dengan Allah SWT.
(GE – DIN)