SCROLL UNTUK MELANJUTKAN BACA

Al-Waqiah ketahui Fakta dari Mitos Anti Kemiskinan Di Surat Ini

Bagikan:

AshefaNews – Surat Al-Waqiah menjadi surat favorit umat Muslim yang dibaca setiap malam sebelum tidur. Bagi sebagian orang, Surat Al-Waqiah rutin dibaca setiap malam dengan mengharapkan akan dihindarkan dari kemiskinan selama-lamanya. 

Memang terdapat hadits yang mengatakan jika surat Al-Waqiah akan menghindarkan dari kemiskinan, sebagaimana dalam hadits ini, “Barangsiapa membaca Surat Al Wâqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan jatuh miskin selamanya.” 

Namun hadits di atas yang dikeluarkan oleh al-Hârits bin Abu Usâmah dalam kitab Musnad-nya, dihukumi lemah oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Âhadits Dha’îfah.

Dalam kutipan hadist di atas, surat al-Waqiah memiliki keutamaan yakni bagi siapa saja yang mengamalkannya akan terhindarkan dari kemiskinan selamanya. Tapi, hadits ini bahkan dinilai dhaif atau lemah oleh syaikh Albani. Syaikh Al Bani merupakan seorang ulama kenamaan Arab Saudi, beliau pakar Hadits yang sudah diakui dunia Islam.

Adapun yang perlu kita ketahui jika syaikh Albani merupakan penganut mazhab aqidah atsariyah dan penganut mazhab hukum wahabiyah. Salah satu ciri khas dari aliran ini adalah sangat berpegang teguh pada hadits shahih.

Berbeda halnya dengan mazhab akidah asy’ariyah dan mazhab fikih syafi’iyah, di mana salah satu kaedah yang dipakai adalah boleh menggunakan hadits dhoif untuk hal-hal yang bersifat keutamaan. Begitupun dalam mendawamkan bacaan-bacaan surat al-Waqiah yakni kelompok Azhari, Tarekat Sufi dan Nahdhatul Ulama.

Ada hal yang menarik apabila kita lihat dari beberapa aspek. Di mana sebenarnya surat al-waqiah ini tidak berkaitan secara langsung dengan penyebab menjadi kaya atau terhindar dari kemiskinan. Alasannya ialah:

Pertama, jika mengingat dan menyelidiki sebab-sebab kekayaan dari para sahabat Nabi, seperti Usman dan Abdurrahman bin Auf. Maka tidak pernah mendengar riwayat bahwa mereka mendawamkan surat al-waqiah.

Adapun penyebab utama kekayaan dua sahabat utama ini di dalam sirah adalah sedekah, menghindari riba dan berdagang.

Alasan kedua, apabila ditelisik dalam Al-Quran, ayat-ayat Quran yang berkaitan dengan pelipatan harta lebih banyak terdapat dalam ayat-ayat sedekah, taqwa, istighfar dan bersyukur.

Ketiga, berkaitan dengan isi surat Al-Waqiah yang justru akan didapati kenyataan yang berbeda. Sebab tidak ada satu ayatpun di dalamnya yang bicara tips-tips menjadi kaya atau melipatgandakan harta. Al-waqiah justru berbicara tentang hari kiamat.

Berdasarkan tiga hal tersebut, maka disimpulkan jika yang dimaksud dengan keutamaan al-Waqiah mampu menghindarkan dari kemiskinan ialah menggunakan perspektif ukhrowi. Sehingga kita perlu mengetahui makna kemiskinan permanen, dan kekayaan sejati dalam perspektif ukhrowi.

Seseorang yang dikatakan miskin permanen sebagaimana dalam hadits Nabi. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yg bangun di pagi hari namun hanya dunia yang dipikirkannya sehingga seolah olah dia tidak melihat hak Allah padanya, maka Allah akan menanamkan empat penyakit dalam dirinya, “Kebingungan yang tiada putusnya. Kesibukan yang tidak ada ujungnya. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dan keinginan yang tidak tercapai.” (H.R. ath Thabrani)

Adapun kekayaan sejati dalam makna ukhrowi ialah mereka yang merasa cukup. Seperti perkataan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, “Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sehingga Islam sebenarnya mengarahkan Umatnya agar menjadikan ukuran kekayaan itu ada pada hati yang puas, walau secara materi berkecukupan. Sedangkan kemiskinan terdapat pada hati yang tidak pernah puas, walaupun secara materi berkelimpahan, sampai-sampai ambisinya untuk lebih kaya, menghalangi dia untuk memenuhi hak Allah Dzat pemberi Kekayaan di awal hari.

Lalu apa hubungannya itu semua dengan surat Al-Waqiah?

Surat Al-Waqiah merupakan surat Makkiyah yang berisi mengenai penguatan akidah tauhid dan keimanan pada yang ghaib. Waqiah sendiri memiliki arti hari kiamat. Dan memang pada hakikatnya surat ini menjelaskan makna hari kiamat.

Apabila kita mentadaburi surat Al-Waqiah ayat 1 – 3: “(1) Apabila terjadi hari kiamat (2) terjadinya tidak dapat didustakan (disangkal) (3) (kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).”

Maka sudah pasti Umat manusia akan berhamburan tanpa basa basi sebab kiamat merupakan kejutan yang besar dan menakutkan bagi semua makhluk. 

Perasaan yang ditimbulkan oleh ayat ini selayaknya seperti orang yang sedang patah hati. Meskipun didepannya ada makanan lezat, karena orang itu sedang sedih dan gelisah, selera makannya menjadi tidak ada. Begitu pula pada ayat ini jika dihayati terus menerus menjadikan selera kita pada dunia menjadi menurun. Sebab rasa takut hati kita mengetahui kenyataan hari akhir nanti.

Apalagi jika kita mentadaburi ayat-ayat berikutnya, yang makin memperjelas mengenai keadaan hari kiamat lebih lanjut. Dimana manusia dibagi tiga, yakni golongan yang lebih dulu beriman, golongan kanan dan golongan kiri. Dan digambarkan betapa jomplangnya pembalasan antara golongan pertama dan kedua (nikmat abadi) begitu pun golongan ketiga (siksa abadi).

Sehingga apabila umat mendawamkan mentadaburi surat al-Waqiah, maka faedah yang pertama diperoleh oleh pribadi umat ini adalah karakter Zuhud. Sebagaimana perkataan imam Ibnu Mubarok, “Manusia sejati adalah para ulama. Raja raja sejati adalah orang-orang yang zuhud”. 

Maka mereka yang zuhud inilah yang dikatakan pemilik kekayaan sejati. Ketika semua orang berbondong menginginkan kekuasaan dan pengaruh, orang zuhud justru akan memilih untuk menghindarinya. Tatkala orang-orang menginginkan dikenal oleh dunia, maka orang zuhud justru meninggalkannya.

Zuhud akan menjadikan umat manusia memiliki rasa puas sejati dan kontrol terhadap ambisi-ambisinya. Jika mereka tidak mendapatkan dunia maka mereka bersyukur, karena mereka yang direndahkan diakhirat adalah yang memiliki dunia tanpa memiliki iman dan amal.

Sedangkan jika mereka didatangi dunia, umat ini tetap akan waspada, jangan-jangan dunia yang datang akan menjadi sebab direndahkannya di akhirat sebagaimana hakikat istidraj. Sehingga dengan demikian apabila makin kaya mereka, makin waspada pula dan makin giat beramal. Bahkan apabila mereka mendapatkan dunia, mereka akan lebih menyukai keadaan ‘bukan siapa-siapa’. 

Sebagaimana imam ibnu Mubarok, ulama yang sangat terkenal sebagai pengusaha kaya, wara dan baik akhlaknya, saat mengantri air dan kemudian didorong-dorong dari belakang, tidak dimuliakan, berkata, “Oh andaikata hidup adalah seperti ini”.

Inilah yang menunjukan kekayaan sejati, meskipun dia orang mulia dan terkenal tetapi tidak gila kehormatan. Justru beliau lebih suka jika tidak dikenali. 

Lebih menarik lagi apabila zuhud ini berhasil menguasai keadaan hati umat Muslim maka hal seperti inilah yang menjadi sebab umat ini bangkit. Mampu menaklukkan dunia yang ada dihadapannya. Sebab yang menjadi salah satu sebab kemunduran umat ini adalah pemeluknya yang sangat cinta dunia dan takut mati. 

Oleh karenanya perbanyaklah membaca surat Al-Waqiah dan mintalah Allah Swt agar menjadikan kita sebagai orang yang zuhud sehingga menjadi salah satu dari ribuan orang yang mampu membangkitkan kembali Umat Muslim.

Wallahualam.

(GE – DIN)

Scroll to Top