Rentan Konflik Di Tahun Politik, DMI Jateng Pusatkan Masjid Untuk Moderasi Beragama

Bagikan:

AshefaNews, Semarang – Memasuki tahun politik Indonesia, Dewan Masjid Indonesia (DMI) Wilayah Jawa Tengah mendorong peningkatan peran masjid dalam penguatan gagasan moderasi beragama.

Dalam Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) dan Halaqah DMI jateng yang dilaksanakan di Hotel Grasia, Semarang Jawa Tengah pada Jum’at (24/02/23), tercetus gagasan untuk menjadikan masjid sebagai pusat moderasi beragama.

Dalam penjelasanya di Rakerwil, Ketua DMI Jateng Ahmad Rofiq mengatakan untuk mendorong peran tersebut, pihaknya akan menjalin kerja sama dengan Kementrian Agama untuk menguatkan peran masjid sebagai pusat moderasi beragama.

“Jadi rencana kita ke depan adalah untuk membentuk tim pelatih yang akan kita sebar ke cabang – cabang DMI di daerah, tentu saja gunanya untuk mensosialisasikan perihal moderasi agama ini, dan nantinya yang kita pilih sebagai pelatih ini akan mendapat sesi Training Of Trainers (TOT) terlebih dahulu sebelum kita terjunkan ke lapangan”, jelasnya.

Ditambahkan Rofiq, jika secara instruktur nasional sudah berjalan, pelatihnya sudah mumpuni, maka dalam langkah di lapangan, mereka akan lebih mudah untuk mendiseminasi seperti apa gambaran moderasi beragama itu kepada masyarakat yang ada di daerah.

“Kita berkaca saja, bahwa masing sering kita jumpai tingginya konflik di masyarakat yang disebabkan oleh ajaran kebencian dan kepentingan kelompok tertentu”, imbuhnya.

Rofiq juga mengingatkan, nahwa dalam moderasi beragama untuk tidak menjadikan masjid sebagai senjata politik atas nama agama.

Sementara itu, dalam Rakerwil hadir juga Munawar Fuad yang merupakan Direktur Program DMI Pusat. Dalam sambutannya, Fuad mengatakan sangat mengapresiasi langkah dan inisiatif pengurus DMI wilayah Jateng tersebut.

Menurutnya, moderasi beragama adalah solusi dan penengah dari konflik yang timbul akibat adanya perbedaan dan kelompok kepentingan, dan menganggap bahwa gagasan tersebut layak dijadikan panutan dalam mengatasi tantangan yang menghambat terwujudnya moderasi beragama.

“Di Jawa Tengah sendiri, tentu mengatasi hal tersebut tidaklah perkara mudah, karena keberagaman terhadap cara pandang internal keagamaan di muslim sendiri dan terhadap agama lain, serta terhadap kebijakan pemerintah”, ujarnya.

Ditambahkan Fuad, apresiasi terhadap Gubernur Jawa Tengah dirasa bukan sesuatu yang berlebihan, karena selama ini Ganjar juga sudah melakukan upaya untuk menjadikan Jawa Tengah sebagai pelopor gerakan penguatan keberagamaan yang lebih moderat, toleran dan lebih damai.

DMI Jateng berharap bahwa di tahun politik ini, untuk lebih menjaga marwah masjid, serta menghimbau agar tidak terjadi praktik politisasi masjid, sehingga masjid harus bebas politik, objektif, dan tidak mengundang tokoh politik untuk menyampaikan dakwah yang bisa dimanfaatkan untuk kelompok kepentingan.

(GE – APL)

Scroll to Top