SCROLL UNTUK MELANJUTKAN BACA

DPR Nilai Sistem Proporsional Tertutup Bentuk Kemunduran Demokrasi Indonesia

Bagikan:

AshefaNews, Jakarta – Sistem pemilu proporsional tertutup yang diwacanakan untuk diterapkan pada Pemilu 2024 menandakan kemunduran dalam perjalanan demokrasi Indonesia.

Demikian dikatakan anggota DPR dari Fraksi Golkar Dedi Mulyadi dalam keterangannya, Kamis (5/1).

“Wacana balik ke sistem proporsional tertutup, jadi bentuk kemunduran dalam kedewasaan berdemokrasi kita. Jika ini diterapkan maka publik jadi kehilangan keterwakilannya. Hal ini menyebabkan oligarki politik akan tumbuh dengan kuat dalam sistem proporsional tertutup,” katanya.

Menurut Wakil Ketua Komisi IV ini, sistem pemilu proporsional terbuka merupakan kompromi antara proporsional tertutup dan distrik. Apalagi sistem proporsional terbuka itu mencerminkan keterwakilan partai dan masyarakat. Jadi paling ideal diterapkan dalam proses pematangan demokrasi di Indonesia.

“Sistem pemilu paling ideal dalam mematangkan proses demokrasi itu proporsional terbuka. Dengan begitu, kita akan masuk pada pematangan politik menuju sistem distrik murni,” jelas Dedi.

Karenanya, mantan Bupati Purwakarta ini menegaskan, jika wacana sistem pemilu proporsional tertutup direalisasikan, bisa berimplikasi pada minat masyarakat untuk memberikan suaranya di TPS menurun tajam. Hal ini karena masyarakat seperti merasa kehilangan keterwakilannya.

“Kita ketahui dengan pemilu yang digabung antara pipres dan pileg saja membuat orang hanya memiliki kecenderungan memilih presiden saja tanpa pilih caleg bagaimana lagi dengan sistem proporsional tertutup. Malah akan membuat masyarakat malas untuk memilih,” tukasnya.

(RM – TYO)

Scroll to Top