AshefaNews, Jakarta – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menegaskan agama dan negara adalah satu kesatuan dan juga kunci dari suatu sistem pemberantasan korupsi.
Ketum Partai Gelora Indonesia Anis Matta mengatakan dalam memberantas korupsi, negara bisa masuk ke individu maupun kelompok. Namun jika agama masuk maka pemberantasan korupsi akan menjadi sempurna.
“Pertanyaannya, apa bedanya cara negara dan agama dalam memberantas korupsi? Itu terletak pada sistemnya. Dalam agama, itu hubungan individu dengan menyangkut harta yang paling banyak dibahas. Tapi hukum pidana baru datang belakangan, ketika masyarakat sudah memiliki keimanan,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Minggu (26/3/2023).
Anis mengatakan dalam agama Islam hanya ada satu kata penggambaran sesuatu yang bukan haknya yakni mencuri. Namun dalam kehidupan hari ini, mencuri jadi memiliki nama yang berbeda-beda.
“Jadi kalau yang mengambil itu orang biasa yang di kampung ya namanya mencuri. Terus kalau yang mengambil pakai kekerasan namanya merampok. Kalau yang lakukan kalangan elite namanya korupsi. Tapi meski beda-beda nama tapi ya esensinya sama toh, ‘mencuri’,” tegas Anis.
Mantan petinggi PKS ini juga menilai praktik korupsi itu timbul bukan karena ada kesempatan saja atau untuk mempertahankan hidupnya. Namun hal itu bisa timbul karena keserakahan dan ketamakan juga. Keserakahan dan ketamakan, lanjutnya, menjadi tantangan tersendiri bagi orang-orang yang memegang kekuasaan, karena mereka bisa mengakali hukum.
“Untuk diketahui, ciri khas koruptor itu pelit bukan sama orang lain saja, tapi juga untuk dirinya sendiri. Koruptor itu, hartanya tidak ingin diketahui, ditumpuk saja agar tidak ketahuan, padahal kekayaannya milyaran. Karena itu, agama mendorong kita untuk dermawan dan mengeluarkan zakat agar bersih harta kita,” katanya.
Lebih jauh, Anis Matta mengatakan, jika memiliki mimpi agar suatu saat nanti seluruh para pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mundur bersama-sama, karena sudah tidak lagi kasus korupsi yang ditangani.
Mantan anggota DPR ini berharap agar pimpinan KPK bisa meneladani Umar Bin Khattab, sahabat Nabi Muhammad SAW saat menjadi hakim di masa Abu Bakar RA yang meminta mundur dan tak ingin makan gaji buta, karena sudah tidak ada lagi kasus korupsi di masanya.
“Saya itu punya mimpi, jika nanti suatu waktu, pimpinan lembaga KPK bisa ramai-ramai mengundurkan diri karena tidak ada kasus yang masuk lagi,” demikian Anis.
(GE – TYO)