AshefaNews – Belum mendapatkan akses masuk ke dalam Kampung Susun Bayam tersebut, beberapa warga harus tinggal menggunakan tenda berbahan terpal dan kayu tepat di depan gerbang Kampung Susun Bayam, Kelurahan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara.Â
Mereka yang tinggal di tenda tersebut hanya beralaskan tikar dan karpet seadanya. Dengan atap berbahan terpal agar terhindar dari guyuran hujan dan terik matahari.
Salah satu warga Kampung Bayam Suhandi (66) mengaku sudah tiga bulan setengah bertahan tinggal di area dekat dengan perlintasan kereta tersebut. Bukan tanpa alasan Suhandi bersama warga lainnya bertahan dengan tenda tersebut.
“SK (Surat Keputusan) sudah ada, nomor sudah ada, blok sudah ada, tapi kenapa kita nggak bisa menempati (unit Kampung Susun Bayam) gitu kan,” kata Suhandi saat ditemui AshefaNews, Selasa (21/2/2023).Â
Suhandi menyebut sedikitnya ada lima kepala keluarga yang memilih bertahan di tenda yang ia bangun sejak tiga bulan lalu.
Alasan harga sewa yang masih terlalu mahal tersebut Kampung Susun Bayam belom ditempati warga gusuran mega proyek stadion terbesar di Jakarta.
“Kalo buat kita tarif semampu kita. Dia (Jakpro) minta kan awal Rp 1,5 juta biaya sewa, terus turun Rp 750 ribu. Lansia khusus di lantai 2, ternyata lansia yang biaya sewanya paling besar,” jelas Suhandi.
Sementara warga lainnya, Astuti (38) mengatakan, dirinya mengetahui harga sewa Kampung Susun Bayam pada bulan November 2022 lalu. Namun mayoritas warga menurutnya tidak menyetujui dengan harga yang dianggap terlalu besar.
“Untuk biaya sewa harus setara dengan Kampung Susun Akuarium dan Kunir. Jadi tidak membebankan warga. Karena kan kami warga gusuran juga,” kata Astuti.
Ia pun berharap pemerintah segera melakukan upaya untuk para warga Kampung Bayam bisa menempatkan unit di Kampung Susun Bayam.
“Mudah-mudahan Segera masuk sebelum lebaran idul fitri. Masa kita mau tidur di jalan terus,” ucapnya.
(RM – SYD)
