Sengketa Lahan SDN Karangsambung 03, Ahli Waris Gembok Pagar Sekolah Murid Kesulitan Masuk

Bagikan:

AshefaNews, Bekasi – Ratusan murid di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Karangsambung, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, sempat kebingungan akan masuk sekolah, akibat  pagar sekolah digembok oleh ahli waris yang mengklaim sebagai pemilik lahan, Jumat (17/3/2023) pagi.

Menurut Mulyadi, penjaga sekolah menjelaskan para ahli waris menggembok pagar saat para murid sekolah tersebut akan masuk sekolah. Ada pun latar belakang penggembokan pagar diduga akibat sengketa lahan tempat sekolah tersebut didirikan.

“Itu dari pihak ahli waris ya, pas anak-anak sekolah datang ke situ, sudah digembok. Saya sebenarnya kurang tahu, karena sangkut pautnya sama ahli waris. Intinya ya masalah tanah juga,” ungkap Mulyadi di lokasi, Jumat (17/3/23).

Kata Mulyadi, pihak sekolah melalui kepala sekolah sempat melakukan mediasi dengan pihak ahli waris agar anak-anak bisa tetap melaksanakan proses belajar mengajar.

Oleh pihak ahli waris pun mengizinkan para murid tersebut, untuk masuk ke sekolah dan mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa.

Meski demikian, para murid dan guru harus melewati celah tembok pagar lantaran gerbang tetap digembok.

“Tapi nggak lama kemudian, datang kepala sekolah dan minta izin ke ahli waris, boleh enggak kalau anak-anak masuk, ahli waris terus memperbolehkan. Masuk semua, tapi gerbangnya tetap di gembok,” ujarnya.

Mulyadi juga menambahkan, niat ahli waris menggembok pagar sekolah bertujuan agar pihak desa mengklarifikasi kasus sengketa lahan tersebut.

“Dari ahli waris juga bukannya mau ngelarang anak-anak masuk sekolah, istilahnya gembok gerbang maksudnya biar pihak desa hadir ke sana buat nemuin mereka. Dalam arti kepala desa, mereka nggak ngelarang anak-anak sekolah,” ungkapnya.

Mulyadi mengaku tidak mengetahui secara pasti permasalahan yang terjadi antara pihak ahli waris dan pihak pemerintah desa tersebut. Tetapi, Ia berharap masalah tersebut bisa segera diselesaikan agar tidak berdampak pada kegiatan belajar mengajar bagi 300 lebih murid di sekolah tersebut.

“Khawatir ya jelas. Dari guru-guru pun berharap masalah ini segera diselesaikan. Total murid ada 300-an. Dua rombel, pagi dan siang,” tutupnya. 

(GE – Putra).

Scroll to Top