Pengamat Sosial UI: Penganiayaan Dandy Terhadap David adalah Rage Culture

Bagikan:

AshefaNews, Depok – Viralnya kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo terhadap David anak seorang pengurus GP Ansor menjadi sorotan banyak pihak.

Pengamat sosial Universitas Indonesia, Devie Rahmawati menilai aksi kekerasan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo adalah bentuk dari pergeseran nilai sosial di masyarakat Indonesia. Menurutnya telah terjadi budaya kekerasan (rage culture) yang semakin bertumbuh dan menjadi masalah utama pada era modern saat ini.

“Bisa disebut sebagai Rage culture. Inilah yang kemudian menjadi budaya baru masyarakat Indonesia di era modern saat ini. Ini sangat disayangkan loh, dimana masyarakat Indonesia yang semula dikenal ramah kini menjadi marah,”ujar Devie, Selasa (28/2/23).

Devie menyebut, aksi Dandy merekam penganiayaan terhadap Dabid semata ingin mendapat pengakuan bahwa dirinya hebat. Mudahnya masyarakat mengakses internet terutama di platform media sosial, membuat empati seseorang menjadi tumpul.

“Sekarang ini sudah terjadi ketumpulan empati di dalam masyarakat. Segala bentuk video yang berbau kekerasan akan lebih mendapat perhatian berupa likes dan komentar dari warganet ketika diunggah di sosial media, berdasarkan dari hasil penelitian.

Devie menambahkan, dunia digital dianggap berbahaya karena dapat menghadirkan eksternalitas negatif untuk budaya masyarakat Indonesia. Kehadiran media sosial juga dapat mengakibatkan seseorang lebih sensitif.

“Mari kita kembali ke budaya ramah, budaya tenang. Maka dari itu perlu adanya diet digital, yaitu bukan tidak boleh menggunakan, tetapi mampu memilih mana yang harus digunakan,” pungkas Devie.

Diketahui, Mario Dandy adalah anak dari Rafael Alun Trisambodo, yang merupakan pejabat eselon III Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Devie menilai penganiayaan yang dilakukan Dandy terhadap David ialah salah satu contoh kekerasan anak muda yang tidak bisa disepelekan.

(RM – AL)

Scroll to Top