AshefaNews – Pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak memberangkatkan 119 tenaga kesehatan (Nakes) darurat atau Emergency Medical Team (EMT) ke Suriah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Suharyanto menjelaskan bahwa para Nakes dan tim pendukung dalam EMT hanya akan ditempatkan di Turki.
Mereka tidak ditempatkan di Suriah demi keamanan, karena wilayah terus merupakan daerah konflik.
“Karena pertimbangan keamanan, tim EMT hanya akan ditempatkan di Turki. Selain itu, untuk Suriah dampak gempanya lebih kecil dibandingkan Turki,” ujar Suharyanto dalam keterangannya, Selasa (14/2/2023).
Meski begitu, kata Suharyanto, pemerintah Indonesia akan tetap mengirimkan bantuan logistik dan peralatan yang dibutuhkan untuk penanganan korban.
Peralatan tersebut di antaranya adalah tenda untuk rumah sakit darurat dan posko bencana, matras, sleeping bag atau kantong tidur, velbed dan genset, serta makanan siap saji.
“Kemungkinan minggu depan kita kirim, masing-masing dua pesawat. Dua pesawat untuk Turki dan dua pesawat untuk Suriah,” pungkas Suharyanto.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kunta Wibawa Dasa Nugraha menjelaskan, terdapat 119 anggota EMT yang diberangkatkan ke Turki.
Ratusan orang tersebut terdiri dari dokter, tenaga kesehatan, dan relawan pendukung dari Kemenkes, BNPB, TNI-Polri, hingga Kementerian Luar Negeri.
“Di situ ada dokter, ada perawat dan juga tim pendukung. Jadi ada berbagai macam spesialis, ada yang orthopedi, bedah, dokter umum, dan ahli-ahli yang diperlukan,” ungkap Kunta.
Sebagai informasi, pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk membantu penanganan pasca gempa bumi yang melanda Turki dan Suriah.
Gempa bumi dengan magnitudo 7,6 yang terjadi pada 6 Februari 2023 itu mengakibatkan banyak korban meninggal dunia dan luka-luka.
Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di dua negara tersebut pun turut menjadi korban. Beberapa diantaranya bahkan dilaporkan meninggal dunia.
(RM – WAH)