SCROLL UNTUK MELANJUTKAN BACA

DPR Miris Banyak PNS yang Terlilit Jeratan Hutang Pinjaman Kredit

Bagikan:

AshefaNews, Jakarta – Kalangan dewan merasa miris dengan munculnya fenomena banyaknya pegawai negeri sipil (PNS) yang terlilit hutang pinjaman kredit dalam waktu belakangan ini.

Anggota Komisi II DPR RI, Guspardi Gaus mengatakan fenomena ini sangat mengkhawatirkan lantaran bisa menjadi pemicu tindakan korupsi karena kesulitan untuk membayar cicilan.

“Saya prihatin sekali dengan banyak PNS yang terlilit hutang pinjaman kredit. Saya takut hal ini akan membuat para PNS itu melakukan berbagai cara agar bisa membayar cicilan kreditnya seperti melakukan tindakan korupsi,” kata Guspardi kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (31/1/2023).

Politikus PAN ini menilai, munculnya fenomena PNS ini terjerat lilitan hutang lantaran pengaruh gaya hidup konsumtif yang tidak disertai kemampuan dalam menyanggupinya. Bahkan ada beberapa yang menyekolahkan SK PNS-nya ke lembaga keuangan untuk menutupi hutang itu.

“Mereka ini saya nilai terjebak dalam tren gaya hidup konsumtif yang tak terkendali. Bahkan saya dapat informasi bahwa banyak PNS yang menggadaikan SK ke lembaga keuangan demi pengeluaran uang bulanan yang terlalu tinggi bahkan menarik pinjaman dari kredit untuk memenuhi gaya hidup itu,” jelas Guspardi.

Menurutnya, dana pinjaman yang didapat malah lebih banyak digunakan untuk memenuhi hasrat dan keinginan gaya hidup daripada kebutuhan yang diperlukan.

“Belum lagi dengan buruknya pengelolaan keuangan yang menyebabkan para PNS itu terlilit dengan pinjaman,” jelas Guspardi.

Karenanya, Guspardi berharap Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi (Kemenpan-RB) bisa membekali para PNS dalam hal manajemen pengelolaan keuangan.

Pasalnya, bagi anggota Baleg DPR ini, dengan hal ini akan menyebabkan keuangan para PNS ini jauh lebih sehat yang berimplikasi pada meningkatnya performa kerja.

“Artinya perlu dibudayakan agar pengeluaran lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan ketimbang mengikuti keinginan, atau jangan membeli berdasarkan keinginan, tetapi sesuai kebutuhan,” tukas Guspardi.

(RM – TYO)

Scroll to Top