SCROLL UNTUK MELANJUTKAN BACA

Baru Tercapai 3,5 dari 10 Hektar, Ini Cerita Komunitas Kembangkan Mangrove di Baros Bantul

Bagikan:

AshefaNews, Bantul – Pengembangan kawasan hutan mangrove di Kabupaten Bantul, khususnya di Kalurahan Tirtohargo, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul tidak lepas dari berbagai kendala. Hal itu terbukti dari 10-15 hektare baru 3,5 hektare yang menjadi kawasan hutan mangrove.

Seksi Konservasi Keluarga Pemuda Pemudi Baros (KP2B) Wawan Widia Ardi Susanto menjelaskan, bahwa penanaman mangrove di Baros pertama kali terjadi tahun 2003. Semua itu untuk melindungi lahan pertanian yang berada di sisi utara laguna Baros.

“Sebetulnya pada tahun 2003 di sini itu masih rawa-rawa, dan ditanami mangrove dengan berbagai jenis seperti Avicennia, Rhizophora (bakau) hingga Sonneratia,” katanya saat ditemui di Baros, Tirtohargo, Kretek, Bantul, Kamis (9/2/2023).

“Kenapa bermacam-macam, karena mangrove itu fungsinya macam-macam ada yang untuk mengeringkan tanah, pemijahan ikan akar-akarnya dan menahan kadar garam yang masuk ke lahan pertanian,” lanjut Wawan.

Wawan melanjutkan, sejak tahun 2003 hingga sekarang baru 3,5 hektare lahan yang sudah menjadi kawasan hutan mangrove. Padahal, komunitasnya menargetkan ada puluhan hektar yang harus disulap menjadi kawasan hutan mangrove.

Pasalnya, mangrove memiliki banyak manfaat untuk masyarakat pesisir khususnya para petani. Seperti dengan adanya kawasan hutan mangrove saat ini kadar garam dari air laut tersaring dan membuat petani bisa menanam sayur-sayuran seperti terong hingga bawang merah.

“Dari 2003 itu yang sudah jadi hutan sekitar 3,5 hektar. Kalau ditanami semua itu sekitar 10-15 hektar, itu untuk di Tirtohargo. Jadi bisa dikatakan masih kurang sekali,” ujarnya.

Penyebabnya, kata Wawan, karena berbagai faktor. Di mana salah satunya faktor abrasi dan kerap berpindah-pindah muara yang mempertemukan sungai Opak dan laut selatan Jawa.

“Kalau kondisi mangrove baros berpengaruh yang namanya muara. Karena muara itu memang letaknya berpindah-pindah. Jadi otomatis nanti pertumbuhan mangrove terpengaruh dengan itu, karena setiap tanaman yang ada di depan muara terhempas ombak setiap harinya,” ucapnya.

Untuk mengakalinya, setiap penanaman mangrove dengan jumlah besar memilih lokasi di sisi barat Baros. Semua itu untuk menghindari munculnya muara yang menjadi pintu masuknya aliran sungai ke laut.

“Selain itu, tingkat abrasi di sini sangat besar, seperti tahun lalu itu yang kena abrasi 8 sampai 10 meter. Belum lagi saat musim penghujan banyak sampah masuk sini, dan itu jadi kendala mengembangkan mangrove,” imbuh Wawan.

Penanamannya sendiri, Wawan lebih memilih mangrove jenis Rhizophora dan Avicennia  untuk mencegah abrasi. Pasalnya jenis mangrove tersebut termasuk golongan mangrove paling kuat.

“Dan kalau lama kelamaan (ditanam) bisa menjadi daratan. Tapi karena alam, khususnya air kan sangat deras di sini, jadi lama kelamaan tetap terkikis habis.

Meski upaya pengembangan mangrove kerap mendapat kendala, Wawan dan rekan-rekannya tidak putus asa. Wawan selalu melakukan penanaman dengan menggandeng perusahaan atau Dinas terkait.

“Biasanya setiap tahun ada program atau penawaran CSR kita terima. Misal dari PLN, DLHK. Karena kita kalau ada penanaman dengan volume banyak harus mengandalkan itu,” katanya.

Melihat kondisi tersebut, pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) ini Forum Pewarta Bantul (FBP) melakukan penanaman mangrove di kawasan hutan mangrove Baros. Ketua FPB Sukro Riyadi mengungkapkan ada ratusan mangrove yang ditanam hari ini.

“Hari ini kita melakukan penanaman mangrove di Baros, untuk jumlah mangrove yang ditanam ada ratusan. Harapannya mangrove ini bisa membantu memperluas kawasan hutan mangrove di Tirtohargo,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Wakil Bupati Bantul Joko B. Purnomo mengakui jika pengembangan kawasan hutan mangrove di Bantul harus terus digencarkan. Mengingat hambatan utama pengembangan itu adalah alam dan tidak bisa diprediksi kapan datangnya.

“Harapannya mangrove yang sudah ditanam ini bisa tumbuh besar, dan ini sebagai penanda bahwa ini bentuk kepedulian terhadap lingkungan, alam dan destinasi wisata,” ucapnya.

Karena Pemkab Bantul tengah mengembangkan kawasan Baros sebagai salah satu objek wisata. Bahkan, Joko menyebut Pemerintah Kalurahan Tirtohargo telah menyusun sebuah pemetaan untuk menuju terbangunnya destinasi wisata.

“Saya melihat pak Lurah dan teman-teman di sini sudah menggeliat, saat ini ada wisata kano dan harapannya pak Lurah dan teman-teman bisa bersinergi dengan Pemkab Bantul. Sehingga pada saatnya nanti Baros, Tirtohargo bisa menjadi salah satu destinasi wisata besar yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat,” katanya.

(RM – JR)

Scroll to Top