SCROLL UNTUK MELANJUTKAN BACA

Sifat Wajib dan Mustahil bagi Rasul 

Bagikan:

AshefaNews – Sebagai seorang Muslim kita perlu tahu apa saja sifat wajib dan mustahil bagi Rasul. Hal ini menunjukan ‎rasa cinta kita terhadap para Nabi dan Rasul.‎ 

Sifat wajib dan mustahil bagi rasul terdapat 8. Masing-masingnya merupakan sifat berlawanan, untuk ‎menunjukan jika Rasul sudah pasti memiliki sifat wajib sebagaimana mestinya dan tidak mungkin sifat ‎mustahil yang disebutkan terdapat dalam diri Rasul.‎ 

Sifat wajib bagi rasul ‎antara lain siddiq, amanah, tabligh, dan fatonah. Adapun sifat mustahil bagi Rasul ‎adalah kizzib, khianat, kitman, dan baladah. Dengan mengetahui sifat wajib dan mustahil bagi Rasul, ‎kita tidak akan mudah percaya dengan kabar yang beredar tentang Rasul atau Nabi palsu.‎ 

Untuk lebih jelasnya, berikut ini penjelasan dari sifat wajib dan mustahil bagi Rasul.‎ 

Diangkatnya manusia pilihan sebagai Rasul dan Nabi oleh Allah Swt, ialah dengan membawa tugasnya ‎yakni untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya. Tentunya mereka bukan orang sembarang, ‎sebab para rasul pilihan Allah Swt memiliki sifat-sifat ‎yang wajib ada serta sifat mustahil.‎ 

Sifat wajib adalah sifat-sifat yang sudah pasti dimiliki oleh para Nabi dan Rasul, sehingga keberadaan ‎sifat ini membedakan antara Nabi dan Rasul serta manusia biasa seperti kita. ‎Sedangkan, sifat mustahil ‎merupakan sifat yang tidak mungkin terdapat dalam diri para Nabi ‎dan Rasul karena beliau semua ‎terjaga dari dosa (Maksum), berbeda dengan umatnya.‎ 

Lalu apa saja sifat-sifat tersebut? Berikut ini penjelasannya.‎ 

Tugas menyampaikan wahyu dari Allah Swt bukanlah perkara yang mudah, sehingga Allah Swt memilih ‎manusia-manusia terbaik yang memiliki sifat wajib dalam dirinya, diantaranya adalah:‎

Kedua, As-Siddiq (Jujur)

Sifat wajib pertama yang perlu diketahui ialah sifat as-Siddiq yang memiliki arti jujur. Maksudnya ialah jika semua ajaran yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul merupakan kebenaran dan tidak mungkin ada dusta atau kebohongan di balik ajaran-ajaran yang mereka bawa.

Dalil dari sifat ini ialah jika seandainya para Rasul dan Nabi tidak jujur dalam menyampaikan ajaran kerasulannya, niscaya Allah Swt pun tidak jujur terhadap mukjizat yang diberikan kepada mereka. 

Sebagaimana yang diabadikan dalam Q.S. Maryam 19 : 41, di manaNabi Ibrahim A.S. mengatakan kepada ayahnya bahwa menyembah berhala termasuk perbuatan yang salah.

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا

Artinya, “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.” (QS. Maryam: 41) 

Kedua, Al-Amanah (Dipercaya)

Sifat amanah menunjukan jika para Rasul dan nabi adalah orang-orang yang bisa dipercaya. Dengan sifat ini maka para Rasul dan Nabi terpelihara dari setiap perbuatan yang melanggar syariat, seperti berbohong, dengki, sombong dan lainnya.

Sifat ini dijelaskan dalam peristiwa yang terabadikan pada surah Asy-Syu’ara ayat 106-107.

إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلَا تَتَّقُونَ . إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ

Artinya, “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (QS. asy-Syu’ara: 106- 107)

Ketiga, At-Tabligh (Menyampaikan wahyu)

Sebagaimana yang telah ditugaskan oleh Allah Swt kepada para Nabi dan Rasul, maka mereka memiliki sifat wajib yaitu menyampaikan wahyu dan tidak mungkin menahan atau menyembunyikan wahyu.

Sebagaimana halnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyampaikan semua ayat-ayat Al-Quran kepada umatnya dan tidak ada satupun yang disembunyikan. 

Hal tersebut disampaikan pula dalam surah Al-Maidah ayat 67

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Artinya, “Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (QS. al-Maidah : 67)

Keempat, Al-Fatanah (Cerdas)

Sifat wajib bagi Nabi dan Rasul yang terakhir ialah Al-Fatanah yang berarti mempunyai kecerdasan yang tinggi. Sebab seorang Rasul harus mampu membangun argumentasi ketika berhadapan dengan penentang risalahnya. Oleh karenanya, wajib bagi para rasul dan nabi untuk memiliki sifat fatanah. 

Sebagaimana terdapat dalam al-Hushun al-Hamidiyah lil Muhafazah ‘alal ‘Aqaid al-Islamiyah, disampaikan oleh Sayyid Husain, “Dan ini (ketidakmampuan rasul untuk membantah argumentasi penentangnya) bertentangan dengan pangkat mereka yang telah diutus untuk memberi jalan hidayah kepada makhluk untuk menuju al-haq (Allah). Oleh karena itu, wajib bagi para rasul untuk memiliki sifat fatanah, dan muham bagi mereka memiliki sifat perlawanannya (baladah).”

Adapun sifat mustahil bagi Rasul dan Nabi merupakan sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh mereka manusia pilihan Allah Swt. Sifat ini diantaranya terdapat 4:

Pertama, Al-Kizzib (Bohong)

Merupakan kebalikan dari As-Siddiq (jujur), maka sifat Al-Kizzib memiliki arti bohong atau dusta. Tentu saja tidak mungkin seorang Rasul dan Nabi menyampaikan perkataan dusta. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Q.S. An-Najm ayat 2-4:

مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ . وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ

Aritnya, “Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu (al-Qur’ān) menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’an) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. an-Najm: 2-4)

Kedua, Al-Khianat

Para rasul mustahil memiliki sifat ini dan tentu tidak ada rasul yang berkhianat terhadap umatnya, pastinya semua yang diamanatkan kepada rasul akan disampaikan dan dilaksanakan. 

Hal ini dipertegas oleh Allah Swt dalam firman-Nya dalam surat Al-An’am ayat 106.

اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

Artinya, “Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (QS. al-An’am: 106)

Ketiga, Al-Kitman 

Tugas seorang Rasul adalah menyampaikan wahyu, maka tentu mustahil jika ia akan memiliki sifat kitman (menyembunyikan)

Maka setiap wahyu yang diberikan kepada rasul akan disampaikan seluruhnya kepada umatnya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam surat Al-An’am ayat 50:

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

Artinya, “Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya). (QS. al-An’am: 50)

Keempat, Al-Baladah (bodoh)

Sifat yang keempat ini pun kebalikan dari sifat wajib fatanah (cerdas), Al-baladah memiliki arti bodoh, tentunya semua rasul pilihan Allah tidak mungkin bodoh.

Demikianlah empat sifat wajib dan mustahil bagi Rasul. Wallahu a’lam

(GE – DIN)

Scroll to Top