AshefaNews – Penanganan kasus stunting masih menjadi permasalahan di Indonesia. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting di wilayah Kalimantan Selatan mencapai angka 24,6 persen.
Dari angka kejadian itu, beberapa kabupaten/kota yang mengalami kenaikan angka stunting adalah Kotabaru, Hulu Sungai Utara, Kota Banjar Baru, Hulu Sungai Tengah, dan Barito Kuala.
Wakil Bupati Kotabaru Andi Rudi Latif menjelaskan, kondisi geografis menjadi salah satu faktor pemerintah daerah sulit memberikan bantuan untuk mendukung upaya pencegahan stunting.
Seperti memberikan bantuan alat antropometri dan USG maupun bantuan sosial lainnya, sehingga menyebabkan masih tingginya angka prevalensi stunting.
“Kami mengusulkan program bantuan Komunitas Adat Terpencil di beberapa desa, khususnya yang ada di wilayah pegunungan dan hutan, sehingga penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem ini dapat cepat teratasi,” ungkap Andi dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat (17/2/2023).
Masalah lain yang juga menjadi kendala di wilayah Kotabaru adalah kurangnya tenaga pelaksana gizi dan bidan terampil di posyandu maupun puskesmas. Terutama di daerah-daerah yang memiliki angka stunting tinggi.
Menanggapi berbagai Kendal itu, Pemerintah pusat meminta perguruan tinggi untuk ikut terlibat dan berperan aktif dalam mengimplementasikan program yang berkaitan dengan penanganan stunting, termasuk kemiskinan ekstrem.
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyarankan, agar mahasiswa mengaplikasikan program tersebut melalui kegiatan Kuliah, Kerja, Nyata (KKN).
“Perlu dilibatkan dunia pendidikan melalui perguruan tinggi di wilayah masing-masing, dimana mahasiswanya berperan aktif dalam mengimplementasikan program kegiatan yang berkaitan dengan penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem,” ucap Muhadjir, dalam kesempatan yang sama.
(FARABI-WAH)