AsehfaNews – Secara umum, OCD atau obsessive compulsive disorder merupakan salah satu jenis gangguan mental yang dapat membuat penderita melakukan tindakan tertentu secara berulang kali. OCD menyebabkan penderita memiliki pemikiran atau obsesi yang tidak dapat dikontrol dan sifatnya kompulsif.
Kondisi tersebut, seringkali membuat penderita merasa takut dan cemas yang berlebihan. Maka dari itu, penderita OCD seringkali mengalami hambatan dalam beraktivitas sehari-hari.
Lantas, apa sebenarnya itu OCD? Bagaimana penyebab, gejala dan cara penanganan terhadap seseorang yang mengalami gangguan OCD? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Gangguan OCD (Obsessive Compulsive Disorder)
Obsessive compulsive disorder atau OCD merupakan sebuah gangguan mental yang membuat penderita tidak dapat mengontrol atas pikiran-pikiran yang bersifat berulang-ulang.
Menurut The National Institute of Mental Health (NIMH), bahwa OCD merupakan gangguan kronis umum yang dapat berlangsung lama. Kondisi ini dimana seseorang memiliki pikiran untuk melakukan sesuatu kegiatan secara terus-menerus.
Gangguan OCD dapat terjadi pada usia dewasa maupun anak-anak. Prevalensi obsessive compulsive disorder sekitar 1,1%-1,18% yang dimana perempuan lebih banyak mengalami gangguan OCD dibandingkan laki-laki ketika dewasa. Namun pada masa kanak-kanak, laki-laki cenderung lebih sering mengalami dibandingkan perempuan.
Pada umumnya, penderita OCD menyadari bahwa pikiran dan tindakan yang dilakukannya berlebihan, namun mereka tidak dapat melawan. Hal ini, akan sangat mengganggu penderita dan menghambat berbagai aspek di kehidupannya.
Adapun contoh dari perilaku gangguan OCD berupa mencuci tangan yang berulang kali karena takut secara berlebihan akan kontaminasi bakteri.
Penyebab Gangguan OCD
Diketahui bahwa gangguan OCD dapat dialami oleh siapapun dan hingga saat ini penyebab OCD masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya OCD. Berikut ini beberapa faktor yang menjadi penyebab gangguan OCD, antara lain:
- Faktor Genetik atau Keturunan
Faktor ini berkaitan dengan keluarga seperti orang tua, saudara kandung yang juga mengalami OCD. Risiko ini akan lebih tinggi saat OCD diderita sejak anak-anak atau remaja.
- Faktor Lingkungan
Faktor ini dapat disebabkan oleh riwayat trauma yang dialami, baik itu kekerasan secara fisik, psikis maupun seksual saat anak-anak.
- Gangguan Neurotransmitter
OCD juga dapat disebabkan oleh gangguan neurotransmitter yang merupakan senyawa kimia alami yang dapat membantu komunikasi antar sel saraf. Gangguan ini disebabkan oleh ketidakseimbangan kimiawi pada otak sehingga dapat menyebabkan beberapa gejala dan komplikasi seperti gangguan OCD.
Gejala Gangguan OCD
Gejala gangguan OCD seringkali tidak dapat disadari oleh penderitanya. Namun, pada umumnya gejala OCD dapat ditandai dengan pikiran dan tindakan yang bersifat obsesi dan kompulsif. Seseorang akan mengalami dua gejala tersebut, namun tidak menutup kemungkinan penderita OCD hanya mengalami salah satu gejala tersebut.
Berikut ini gejala OCD yang terbagi menjadi dua aspek, antara lain:
- Gejala OCD Obsesif
OCD dengan perilaku obsesif, seringkali didorong dengan pikiran yang sebenarnya tidak diinginkan dan dapat menyebabkan penderita merasa cemas jika tidak melakukan hal tersebut. Berikut ini beberapa gejala dari tindakan ODC Obsessive.
- Merasa takut secara berlebihan terhadap kontaminasi kuman, virus, atau kotoran.
- Kesulitan dalam menghadapi ketidakpastian.
- Berperilaku agresif.
- Memiliki keinginan untuk menata barang atau benda tertentu dengan tepat dan simetris.
- Gejala OCD Kompulsif
Tindakan dari OCD kompulsif ini berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan secara berulang kali. Perilaku ini bertujuan untuk mengurangi rasa cemas karena memiliki pemikiran yang obsesif. Berikut ini beberapa contoh tindakan kompulsif dari OCD.
- Mengatur barang atau benda secara simetris.
- Memeriksa, menghitung dan memastikan sesuatu secara berulang kali.
Ciri-Ciri Seseorang Mengalami Gangguan OCD
Dari beberapa gejala umum yang dapat diketahui, adapun seseorang yang mengalami OCD ditandai beberapa ciri sebagai berikut:
- Sering Mencuci Tangan
Sering mencuci tangan atau memakai hand sanitizer secara berlebihan karena takut akan kuman atau bakteri menempel di kulit, ini dapat menjadi tanda dari gangguan OCD dan perlu dikhawatirkan kondisi seperti ini.
- Memiliki Obsesi untuk Bersih-Bersih
Selain itu, ciri-ciri yang paling umum terjadi adalah terobsesi untuk bersih-bersih. Seringkali orang yang mengalami OCD akan memaksakan diri untuk selalu membersihkan setiap area yang digunakan. Baik itu rumah atau barang-barang di sekitarnya.
- Sering Memeriksa atau Mengecek Ulang Segala Sesuatu
Seseorang yang mengalami gangguan OCD ditandai dengan tindakan yang sering mengecek atau memeriksa ulang banyak hal. Seseorang yang mengalami OCD seringkali memaksakan diri untuk mengecek ulang segala sesuatu hanya karena perasaan takut dan cemas.
- Selalu Berhitung
Penderita OCD juga ditandai dengan seringnya berhitung saat sedang melakukan sesuatu. Hal ini dilakukan agar mereka tetap merasa aman.
- Sangat Terorganisir
Selain memiliki keinginan untuk memeriksa atau mengecek ulang, penderita OCD juga memiliki kemampuan dalam mengorganisir sesuatu dalam level yang sangat baik. Seseorang yang mengalami OCD biasanya terobsesi dengan urutan dan kesimetrisan.
Segala sesuatu harus diletakan secara simetris dengan jumlah yang sesuai, dan diurutkan dari kecil hingga besar, rendah ke tinggi atau sebaliknya. Hal ini dilakukan untuk memuaskan rasa khawatir yang berlebihan.
- Sering Menanyakan Sesuatu Berulang Kali
Seseorang yang mengalami OCD seringkali menanyakan hal yang sama berulang kali untuk mengurangi kekhawatiran dalam diri.
- Berbicara dan Bergumam Sendiri
Dikutip dari laman Mayo Clinic bahwa ciri-ciri dari gangguan OCD adalah sering berbicara sendiri atau bergumam. Penderita diam-diam akan mengulangi sebuah kata, doa atau kalimat yang dilakukan sehari-harinya.
Komplikasi OCD
Gangguan OCD memiliki komplikasi berupa gangguan makan, keinginan bunuh diri, kecemasan, depresi dan penyalahgunaan alkohol. Sebagian dari penderita OCD memiliki kehidupan keluarga dan sosial yang berantakan. Mereka akan kesulitan untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial baik itu sekolah maupun pekerjaan.
Cara Penanganan OCD
Dalam menangani gangguan OCD pada seseorang, sebaiknya untuk menjalani psikoterapi dan mengonsumsi obat-obat tertentu yang diresepkan oleh dokter. Salah satu psikoterapi yang dapat dilakukan untuk penanganan OCD adalah terapi perilaku kognitif dan CBT tipe CBT yang biasa diberikan berupa exposure and response prevention (EX/RP). Dan beberapa obat yang bisa dikonsumsi meliputi serotonin reuptake inhibitors (SRIs) dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Berikut ini beberapa obat yang termasuk dalam dua golongan tersebut.
- Clomipramine (Anafranil), untuk orang dewasa dan anak-anak 10 tahun ke atas.
- Fluoxetine (Prozac), untuk dewasa dan anak-anak 7 tahun ke atas.
- Fluvoxamine, untuk orang dewasa dan anak-anak 8 tahun ke atas.
- Paroxetine (Paxil, Pexeva), dikhususkan hanya untuk orang dewasa.
- Sertraline (Zoloft), untuk dewasa dan anak-anak berusia 6 tahun.
Itulah beberapa hal yang perlu diketahui mengenai OCD. Jika merasakan gejala OCD yang semakin parah dan mengganggu, segera untuk temui dokter spesialis yang berpengalaman. Belum ada cara pasti yang dapat dilakukan untuk mencegah OCD, namun dengan melakukan pemeriksaan dan penanganan dini dapat kemungkinan mencegah gejala OCD yang semakin memburuk.
(GE – BUN)