AshefaNews – Depresi bisa menyerang siapa saja, baik itu wanita ataupun seorang pria. Namun, depresi sangat rentan dialami oleh para remaja. Hal ini terjadi karena, pada saat masa remaja gejolak emosi seringkali terjadi dan ketika remaja merasa bahwa tidak ada seorangpun yang mampu memahami isi hatinya, ia akan merasa tidak memiliki dukungan siapapun dan mendapatkan tekanan eksternal.
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Terlepas dari masa kanak-kanak, manusia mulai mengalami perubahan dalam tubuh fisik, cara berpikir bahkan tingkat pengendalian emosi mereka.Salah satu hormon yang berperan penting dalam pertumbuhan remaja yaitu, hormon pertumbuhan dan hormon reproduksi.
Apa Itu Depresi pada Remaja?
Depresi adalah suatu gangguan mood atau suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam sehingga kehilangan minat hal-hal yang disukai. Apabila depresi ini dibiarkan terus berlanjut tanpa penanganan seorang ahli, hal ini akan sangat merugikan si penderita yang nantinya akan berdampak pada hubungan sosial, lingkungan kerja yang sudah tidak bisa produktif lagi, bahkan keinginan untuk bunuh diri.
Banyak remaja yang akhirnya mengakhiri hidupnya karena hal ini. Bagi mereka depresi adalah sesuatu yang lebih menakutkan daripada hantu. Remaja berusia belasan tahun itu, dimana seharusnya masih sangat menikmati masa muda dengan ceria dan bahagia, namun kebahagiaan itu direnggut dengan kejam oleh depresi.
Gejala Depresi Pada Remaja
Remaja yang terkena depresi cenderung menunjukkan beberapa hal yang tidak wajar daripada remaja normal lainnya. Mereka akan terlihat cemas dan khawatir secara berlebihan bahkan tak jarang dari mereka terlihat frustasi. Sedang dalam kondisi fisik, remaja yang depresi akan selalu terlihat lebih lelah setelah melakukan beberapa aktivitas ringan, pusing yang tak tertahankan bahkan hilangnya nafsu makan.
Seorang psikolog Mazdha Ariefriyendho dan Sabrina L Siswopandoyo mengatakan dalam sebuah podcast #darikamuuntukindonesia dengan tema kesehatan mental bahwa depresi berangkat dari kecemasan yang berlebihan.
“Ini adalah situasi di mana cemasnya itu sudah berlebihan. Bahkan ketika stressornya sudah tidak ada, tapi gejalanya masih dirasakan. Secara emosi ada rasa nggak nyaman, enggak enaknya, dan fisik juga merasakan hal yang sama. Bila kecemasan ini berlanjut, maka tidak menutup kemungkinan akan rentan mengalami depresi. Kalau sudah depresi, itu sudah menyerang lima aspek dalam kehidupan kita. Secara fisik, entah itu asam lambung naik, kognisi merasa rendah diri, jadi self defeating, dan sebagainya,” ujarnya.
Jika ditinjau dari buku panduan diagnosa kesehatan jiwa atau DSM 5, remaja yang sedang depresi memiliki ciri-ciri seperti dibawah ini:
- Mudah tersinggung atau anak sekarang mengatakan baperan
- Sulit membuat keputusan alias lemot atau lelet
- Penurunan nafsu makan dengan alasan diet
- Sudah tidak menyukai hal yang disukainya dulu
- Mudah bosan dalam keseharian
- Tidak bersemangat, setiap hari yang memikirkan kematian
- Merasa diri tidak berharga
- Kualitas tidur kurang baik, terkadang insomnia dan bisa jadi hipersomnia.
- Malas bergerak
Apabila anda melihat perubahan anak atau saudara anda selama dua minggu berturut-turut menunjukkan gejala seperti di atas. Maka, kemungkinan besar itu adalah depresi. Namun, sebaiknya langsung hubungi psikiater saja untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Faktor Depresi Pada Remaja
Ada beberapa hal yang dapat memicu depresi pada seorang remaja dan mengganggu keseimbangan emosi dalam dirinya. Percerain, pengabaian, pelecehan, ketidakmampuan mengikuti pelajaran dengan baik bahkan bullying. Hal-hal tersebut menjadi traumatik pada diri remaja yang sulit sekali hilang atau terlupakan dalam pikirannya. Tidak hanya itu saja, adanya tekanan hidup para remaja juga sangat berpengaruh untuk kondisi mentalnya. Berangkat dari keterpurukan dan pengabaian bahkan perceraian orangtua, membuat beberapa remaja melarikan diri ke penyalahgunaan obat, minuman keras atau bahkan free sex.
Mencegah Depresi Pada Remaja
Sebagai orangtua tentu saja harus memberikan dukungan penuh bagi anak. Dimulai dengan membenahi pola asuh, maka anak-anak pun akan memahami bahwa keluarga adalah satu-satunya tempat ternyaman untuk pulang. Dibawah ini adalah beberapa hal yang harus diberikan orangtua pada anak-anaknya:
1. Memberikan Cinta
Sebagai orang tua, memberikan kasih sayang dan cintanya kepada anak sebagai perwujudan rasa syukur karena telah lahir di dunia memang sudah seharusnya dilakukan. Mencintai tidak hanya tentang memberikan apa yang anak mau, mencukupi asupan makanan dan pendidikannya saja. Mencintai berarti memberikan perhatian kepada anak.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah satu-satunya cara untuk mengungkapkan perasaan. Terkadang anak-anak tidak berani bercerita kepada orangtua bukan karena tidak menganggap mereka. Namun, hubungan komunikasi antar keduanya tidak begitu baik, sehingga sang anak pun merasa takut melakukan kesalahan.
3. Pendengar
Menjadi pendengar yang baik bagi anak layaknya seorang sahabat mungkin tak banyak orangtua yang berhasil melakukannya. Meskipun demikian, untuk melakukan pendekatan curhat adalah jalan terbaik.
4. Dukungan
Berikan anak support ketika anda melihat sikapnya berubah karena tidak mendapat juara kelas atau gagal memenangkan lomba yang ia sukai. Bisa juga ketika anak-anak patah hati. Posisi anda sebagai pendukung disini untuk meningkatkan kepercayaan dirinya.
5. Sabar
Menghadapi anak remaja tidak sama dengan menghadapi anak usia pra sekolah atau anak-anak yang duduk di sekolah dasar. Para remaja sudah sangat paham mana yang menyenangkan dan tidak. Remaja mulai mengeksplor dirinya, dimana hal ini sangat memungkinkan bagi mereka untuk melakukan kesalahan. Meskipun begitu, jangan dimarahi dengan kejam. Ajak anak anda untuk memahami maksud anda lewat lingkungan sekitar atau beberapa film khusus keluarga.
Cara Mengobati Depresi Pada Remaja
Untuk mengobati depresi pada remaja, tentunya harus mengunjungi psikiater. Kamu bisa ke rumah sakit atau langsung ke klinik-klinik tempat praktek para psikiater. Kamu juga bisa pergi ke psikolog dulu untuk mendapatkan surat rujukan ke psikiater. Adapun hal yang dapat dilakukan seorang psikiater adalah :
- Melakukan Psikoterapi atau terapi psikologis
- Memberikan obat antidepresan
- Menjalani perawatan di rumah sakit jika memang kondisinya terlalu parah.
Psikoterapi sendiri ada banyak macamnya, diantaranya :
- Psikoterapi yang memberikan remaja kesempatan untuk mengeksplorasi peristiwa dan perasaan yang menyakitkan atau mengganggu mereka.
- Terapi perilaku kognitif membantu remaja mengubah pola pikir dan perilaku negatif.
- Terapi interpersonal berfokus pada bagaimana mengembangkan hubungan yang lebih sehat di rumah dan di sekolah.
Kesimpulan
Jadi, sudah paham bukan apa itu depresi dan mengapa hal itu sering terjadi kepada remaja? Remaja yang menyadari akan dirinya yang memang membutuhkan pengobatan, mereka telah mengambil sebuah awal yang baik untuk pemulihan. Meskipun begitu, tidak semua remaja berani mengatakan bahwa dirinya mengalami masalah serius dan ingin mendapatkan pertolongan untuk sembuh.
Remaja yang mengalami depresi sangat membutuhkan dukungan dari keluarga, kerabat dan orang sekitar. Jadi, sebagai orang yang telah mengetahui bahaya depresi maka disarankan untuk tidak menjatuhkan mental korban dengan bullying dan semacamnya.
(FR – RNY)