AshefaNews – Ketika seseorang tengah mengalami kecelakaan atau benturan yang keras, kita akan dapat melihat tingkat keparahan kondisinya dari dua hal, yakni secara fisik dan tingkat kesadarannya. Apabila dilihat dari tingkat kesadaran, pengukuran menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) lah yang umum untuk dilakukan.
Apabila dilihat dari sisi fisik, kita akan dapat melihat secara kasat mata banyaknya darah yang keluar, atau besarnya luka yang ada pada tubuh tersebut. GCS merupakan skala yang digunakan oleh para tenaga medis, untuk dapat melihat tingkat kesadaran seseorang berdasarkan dari respons yang diberikan pasien tersebut.
Dengan GCS ini, para dokter akan bisa menilai seberapa parah penurunan tingkat kesadaran yang dialami oleh pasien. Pencanangan ini juga bisa menentukan seorang pasien telah masuk ke tahap koma atau belum.
Penyebab dari Turunnya Tingkat Kesadaran Seseorang
Otak merupakan organ tubuh utama yang bertugas dalam menjaga kesadaran tubuh. Tentunya, supaya dapat bekerja dengan baik otak memerlukan asupan oksigen dan glukosa yang cukup.
Konsumsi untuk minuman beralkohol dan obat-obatan tertentu, seperti halnya obat penenang, obat penghilang rasa sakit, obat epilepsi, atau obat stroke, dapat menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan memberikan efek kantuk pada tubuh.
Sementara itu dengan mengkonsumsi minuman seperti kopi, coklat, teh, dan minuman berenergi yang sarat akan kafein, memiliki efek stimulan pada otak yang justru dapat membuat tubuh Anda lebih terjaga.
Cara Untuk Mengukur Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran GCS tertinggi, yaitu berada di skala 15, sedangkan untuk tingkat kesadaran rendah atau dapat dikatakan koma berada di skala 3. Nah, untuk mengetahui skala tersebut berikut ini cara menghitung GCS adalah, sebagai berikut:
- Mata
Berikut ini adalah panduan untuk pemeriksaan mata dalam menentukan nilai GCS, yaitu :
- Poin 1: mata tidak memberikan reaksi dan tetap terpejam meski telah diberi rangsangan, seperti halnya cubitan pada mata.
- Poin 2: mata akan terbuka setelah menerima suatu rangsangan.
- Poin 3: mata akan terbuka hanya saat mendengar suara atau dapat mengikuti perintah untuk membuka mata.
- Poin 4: mata akan terbuka secara spontan tanpa adanya perintah atau sentuhan.
- Suara
Untuk pemeriksaan respons suara, berikut dibawah ini merupakan panduan untuk menentukan nilai GCS adalah, sebagai berikut :
- Poin 1: pasien tidak mengeluarkan suara sedikitpun walaupun dipanggil atau diberi rangsangan.
- Poin 2: suara yang keluar dari pasien berupa rintihan tanpa kata-kata.
- Poin 3: suara terdengar tidak begitu jelas atau hanya mengeluarkan kata-kata, akan tetapi bukan kalimat yang jelas.
- Poin 4: suara akan terdengar dan mampu menjawab pertanyaan, akan tetapi orang tersebut nampak kebingungan atau percakapan tidak lancar.
- Poin 5: suara terdengar dan mampu untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan benar serta memiliki kesadaran penuh terhadap lokasi, lawan bicara, tempat, dan waktu.
- Gerakan
Panduan dalam menentukan angka GCS untuk pemeriksaan respons gerakan, yaitu sebagai berikut :
- Poin 1: pasien tidak mampu untuk menggerakkan tubuhnya sama sekali meski sudah diperintahkan atau diberi rangsangan nyeri.
- Poin 2: pasien hanya dapat mengepalkan jari tangan dan kaki atau meluruskan kaki dan tangan ketika diberi rangsangan nyeri.
- Poin 3: pasien hanya mampu untuk menekuk lengan dan memutar bahu ketika diberi rangsangan nyeri.
- Poin 4: pasien mampu untuk menggerakkan tubuh menjauhi sumber nyeri saat dirangsang nyeri. Misalnya saja, saat orang tersebut merespons dengan menarik tangannya ketika dicubit.
- Poin 5: pasien mampu untuk menggerakkan tubuhnya saat diberikan rangsangan nyeri dan orang tersebut dapat menunjukkan lokasi nyeri.
- Poin 6: pasien mampu dalam melakukan gerakan tubuh apapun ketika diperintahkan.
Skala GCS didapat dengan cara menjumlahkan setiap poin dari ketiga aspek pemeriksaan di atas. Skala ini digunakan sebagai tahap awal evaluasi kondisi seseorang yang pingsan atau baru saja mengalami kecelakaan dan kemudian tidak sadarkan diri sebelum sempat diberi pertolongan lebih lanjut.
Sebagai pertolongan yang pertama, Anda dapat melaporkan angka GCS kepada tim medis yang menangani selanjutnya. Perhitungan kali ini berguna bagi dokter sebagai dasar dalam menentukan penanganan dan menilai respons terhadap pengobatan yang telah diberikan.
Masalah Yang Terdapat Pada Penggunaan Metode GCS
Setelah memakai metode skoring Glasgow Coma Scale (GCS) selama lebih dari empat dekade, beberapa penelitian ternyata, mengkritisi penggunaan GCS. Beberapa hal yang menjadi permasalahan ialah tingkat akurasi, standarisasi penilaian, serta inkonsistensi dalam penggunaan GCS.
- Tingkat Akurasi
Penelitian ini dilakukan pada 217 tenaga kesehatan yang menunjukkan tingkat akurasi penilaian Glasgow Coma Scale (GCS) adalah sebesar 33,1% dengan respon motorik sebagai komponen akurasi terendah.
Metode GCS terbilang tidak akurat jika digunakan pada pasien dengan cedera kepala sedang. Penelitian lain juga menyatakan bahwa penggunaan GCS sebagai alat bantu penentuan triase akan dianggap kurang akurat, terutama pada pasien geriatri yang telah berusia di atas 65 tahun.
Geriatri ini menunjukkan angka GCS yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat keparahan cedera kepala secara anatomis. Penggunaan GCS sebagai prediktor pada pasien geriatri dengan cedera kepala juga tidak mampu untuk memberikan hasil yang memuaskan. Sebab, pada penderita cedera kepala angka GCS normal adalah tetap dan tidak ada perubahan.
- Standarisasi Penilaian
Kurangnya standarisasi yang ada pada penilaian Glasgow Coma Scale (GCS) juga merupakan salah satu hal yang menjadi pusat perhatian. Hal ini erat kaitannya dengan reliabilitas GCS. Terdapat perbedaan dari cara pemberian stimulus nyeri untuk dapat menentukan angka skoring dari setiap komponen.
Walaupun, rangsang nyeri yang disarankan adalah dengan menggunakan kuku jari dan torehan pada bahu maupun supraorbital, pada praktiknya stimulasi di bagian tubuh lain juga digunakan tergantung dengan kemampuan dan pengalaman pemeriksa.
- Inkonsistensi Penggunaan
Pada awal penggunaan, metode Glasgow Coma Scale (GCS) ini memiliki skor maksimal sebesar 14. Namun, seiring dengan penambahan respons fleksi pada respons motorik, nilai dari skor maksimal telah dimodifikasi menjadi sebesar 15.
Beberapa dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa perubahan metode penilaian sangat menyulitkan tenaga kesehatan untuk mengkalkulasi dan mengidentifikasi pasien. Hal inilah yang menyebabkan adanya inkonsistensi karena sekitar 30% tenaga kesehatan masih dapat menggunakan metode skoring yang lama.
Kesimpulan
Glasgow Coma Scale merupakan suatu metode yang telah digunakan untuk menilai derajat kesadaran pasien, prognosis, serta mengklasifikasikan derajat cedera kepala tersebut. Metode ini memiliki 3 komponen, yakni bukaan mata, respons verbal, dan respons motorik. Penilaian kesadaran pada anak-anak alangkah baiknya dilakukan dengan modifikasi skoring, misalnya pGCS.Terdapat pula beberapa kekurangan dalam penggunaan metode GCS, seperti halnya pada masalah akurasi, standarisasi, dan inkonsistensi metode penilaian. Untuk mengatasi masalah tersebut, klinisi dianjurkan untuk melaporkan GCS secara deskriptif, tabulasi dalam bentuk grafik, serta tetap mempertimbangkan dengan jeli faktor klinis dan hasil pemeriksaan lain daripada pasien.
(GE – NS)