SCROLL UNTUK MELANJUTKAN BACA

Apa itu Trypophobia? Kenali Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasinya

Bagikan:

AshefaNews – Takut melihat lubang-lubang kecil yang berdekatan? Mungkin Anda memiliki penyakit Trypophobia.

Apa itu Trypophobia? Kenali Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasinya (Foto : Freepik)

Trypophobia adalah fobia yang tidak dikenal secara resmi oleh sistem diagnostik dan mengacu pada takut atau rasa tidak nyaman terhadap pola-pola tertentu yang memiliki lubang-lubang kecil, seperti sponggok, ulat, dan tepian daun. Banyak orang yang memiliki trypophobia mengatakan bahwa melihat pola-pola tersebut membuat mereka merasa geli, tidak nyaman, atau bahkan sakit.

Trypophobia masih merupakan area penelitian yang belum terlalu banyak diketahui dan tidak dikenal secara resmi oleh sistem diagnostik. Beberapa peneliti menganggap trypophobia sebagai bentuk fobia spesifik objek atau situasi, sementara yang lain menganggapnya sebagai reaksi emosional primitif terhadap pola-pola tertentu yang memiliki lubang-lubang kecil.

Beberapa teori menyatakan bahwa trypophobia mungkin merupakan respon dari otak kita terhadap pola-pola tersebut, karena mereka mirip dengan pola-pola yang dapat ditemukan pada bahan-bahan yang berbahaya seperti ulat dan tungau. Oleh karena itu, otak kita dapat bereaksi dengan cara yang tidak nyaman saat melihat pola-pola tersebut.

Apa itu Trypophobia

Trypophobia adalah fobia tidak resmi yang merujuk pada takut atau rasa tidak nyaman yang dialami saat melihat pola-pola tertentu dengan lubang-lubang kecil, seperti sponggok, ulat, atau tepian daun. Banyak orang yang memiliki trypophobia mengaku merasa tidak nyaman, geli, atau bahkan sakit saat melihat pola-pola tersebut.

Meskipun trypophobia belum diakui secara resmi oleh sistem diagnostik, beberapa peneliti menganggapnya sebagai fobia objek atau situasi spesifik, sedangkan yang lain menganggapnya sebagai reaksi emosional primitif terhadap pola-pola dengan lubang-lubang kecil. Ada teori yang menyatakan bahwa trypophobia mungkin merupakan respon otak kita terhadap pola-pola yang mirip dengan bahan-bahan berbahaya, seperti ulat dan tungau.

Trypophobia memiliki dampak yang nyata bagi kehidupan banyak orang, karena mereka tidak dapat melihat pola-pola tersebut tanpa merasa tidak nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup dan membatasi aktivitas sehari-hari.

Penyebab Seseorang Mengalami Trypophobia 

Penyebab seseorang mengalami trypophobia masih belum pasti. Namun, beberapa teori menyatakan bahwa fobia ini mungkin merupakan respon primitif dari otak kita terhadap pola-pola yang mirip dengan bahan-bahan berbahaya, seperti ulat dan tungau. Ada juga yang menganggap trypophobia merupakan hasil dari pengalaman masa kecil atau trauma emosional.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan trypophobia memiliki aktivitas yang lebih tinggi di bagian dalam otak yang bertanggung jawab untuk memproses rasa tidak nyaman dan bahaya. Hal ini menunjukkan bahwa trypophobia mungkin merupakan respon emosional primitif dari otak kita terhadap pola-pola yang mirip dengan bahan-bahan berbahaya.

Sementara itu, teori lain menyatakan bahwa trypophobia mungkin disebabkan oleh pengalaman masa kecil atau trauma emosional. Misalnya, seseorang mungkin memiliki pengalaman buruk saat melihat pola-pola dengan lubang-lubang kecil dan mengalami takut yang kuat, yang kemudian membentuk fobia.

Secara umum, penyebab seseorang mengalami trypophobia masih belum sepenuhnya dipahami. Beberapa teori menyatakan bahwa fobia ini mungkin merupakan respon primitif dari otak kita terhadap pola-pola yang mirip dengan bahan-bahan berbahaya, sementara yang lain menganggap trypophobia disebabkan oleh pengalaman masa kecil atau trauma emosional. Namun, lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami secara pasti penyebab trypophobia.

Selain itu, Trypophobia dapat timbul akibat melihat beberapa objek atau gambar yang memiliki lubang-lubang berukuran kecil atau berdekatan. Pola-pola seperti ini dapat memicu respon emosional yang tidak nyaman dan takut dalam beberapa orang, meskipun mereka tidak memiliki sejarah trauma atau pengalaman buruk sebelumnya.

Beberapa objek yang dapat memicu trypophobia meliputi bintik-bintik, bubuk, dan tumbuhan yang memiliki lubang-lubang berukuran kecil atau berdekatan. Beberapa orang juga dapat merasa tidak nyaman melihat pola-pola seperti jaring laba-laba, serpihan daun, dan tumbuhan yang memiliki lubang-lubang.

Pendapat para ahli masih belum sependapat mengenai penyebab trypophobia. Namun, beberapa teori menyatakan bahwa fobia ini mungkin merupakan respon primitif dari otak kita terhadap pola-pola yang mirip dengan bahan-bahan berbahaya, seperti ulat dan tungau. Ada juga yang menganggap trypophobia merupakan hasil dari pengalaman masa kecil atau trauma emosional.

Namun, apapun penyebabnya, trypophobia dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Beberapa orang mungkin merasa sangat tidak nyaman dan merasa takut saat melihat objek atau gambar yang memiliki pola-pola seperti itu, yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari mereka.

Gejala yang Muncul Ketika Anda mengalami Trypophobia

Trypophobia adalah phobia yang ditandai oleh rasa takut atau tidak nyaman terhadap bentuk-bentuk tertentu yang memiliki lubang atau celah-celah berulang. Ini sering dipicu oleh benda-benda alami seperti corong telinga, lubang dalam kayu, atau permukaan kulit ular. Gejala yang muncul ketika seseorang mengalami trypophobia bisa sangat beragam, mulai dari rasa grogi, gelisah, dan panik hingga rasa sakit fisik.

Pertama-tama, seseorang yang mengalami trypophobia akan mengalami rasa tidak nyaman dan cemas ketika melihat benda-benda yang memicu phobia tersebut. Mereka mungkin akan mengalami kulit yang terasa merinding dan menjadi gelisah, serta memiliki rasa tidak nyaman di perut. Dalam kasus yang lebih serius, seseorang mungkin mengalami sakit kepala, mual, dan bahkan muntah.

Ketika seseorang mengalami trypophobia, mereka juga mungkin mengalami respon fisik dan emosional yang kuat. Misalnya, mereka mungkin akan mengalami detak jantung yang cepat, suhu tubuh yang naik, dan keringat yang berlebihan. Mereka juga mungkin akan merasa sangat cemas dan gelisah, serta mengalami perasaan takut yang berlebihan.

Selain itu, seseorang yang mengalami trypophobia mungkin akan mengalami perasaan terisolasi dan takut untuk menghadapi situasi yang memicu phobia tersebut. Mereka mungkin akan menghindari benda-benda yang memicu trypophobia, dan mungkin merasa tertekan dan tidak nyaman saat berada di sekitar benda-benda tersebut. Dalam kasus yang parah, seseorang mungkin mengalami kecemasan yang mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup mereka.

Untuk membantu mengatasi trypophobia, banyak orang yang membutuhkan bantuan dari profesional kesehatan mental. Terapi-terapi seperti terapi perilaku atau terapi kognitif-perilaku dapat membantu seseorang memahami dan mengatasi perasaan dan respon yang mereka alami. Seseorang juga bisa mempelajari teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu mengatasi gejala fisik dan emosional dari trypophobia.

Faktor risiko trypophobia

Faktor risiko yang dapat mempengaruhi munculnya trypophobia antara lain adalah:

  1. Riwayat trauma atau pengalaman buruk: Seseorang yang pernah mengalami trauma atau pengalaman buruk saat melihat objek atau gambar yang memiliki pola-pola seperti lubang-lubang berukuran kecil atau berdekatan, dapat memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami trypophobia.
  2. Keluarga: Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat trypophobia juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalaminya.
  3. Riwayat kesehatan mental: Seseorang yang memiliki riwayat kesehatan mental seperti ansietas atau depresi dapat memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami trypophobia.
  4. Genetika: Ada indikasi bahwa faktor genetika dapat mempengaruhi munculnya trypophobia.

Meskipun ada beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi munculnya trypophobia, tidak semua orang yang memiliki faktor tersebut akan mengalaminya. Trypophobia dapat muncul pada siapa saja, tidak peduli usia, jenis kelamin, atau latar belakang.

Untuk mengatasi trypophobia, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental. Terapi dapat membantu Anda mengatasi fobia dan memperbaiki kualitas hidup Anda. Jika Anda merasa gejala trypophobia mempengaruhi aktivitas sehari-hari Anda, segera cari bantuan dan dukungan.

Diagnosis Trypophobia

Diagnosis trypophobia dapat dilakukan oleh profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater. Proses diagnosis melibatkan pemeriksaan dan wawancara mendalam untuk memastikan bahwa gejala yang dialami sesuai dengan kriteria untuk trypophobia.

Pertama, profesional akan mengajukan pertanyaan mengenai gejala yang dialami, seperti rasa tidak nyaman, cemas, dan takut yang terkait dengan melihat benda-benda dengan lubang atau celah-celah berulang. Mereka juga akan menanyakan sejarah medis dan perilaku pribadi untuk memastikan bahwa gejala yang dialami tidak disebabkan oleh kondisi medis lain.

Kemudian, profesional mungkin akan melakukan tes klinis, seperti tes psikologis atau tes diagnostik lainnya, untuk memastikan bahwa gejala yang dialami sesuai dengan kriteria untuk trypophobia. Mereka juga mungkin akan menilai tingkat kecemasan dan takut yang dialami seseorang saat menghadapi benda-benda yang memicu trypophobia.

Setelah melakukan pemeriksaan dan evaluasi, profesional akan membuat diagnosis trypophobia jika gejala yang dialami sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Dalam beberapa kasus, profesional mungkin juga menentukan bahwa seseorang mengalami gejala lain seperti kecemasan generalisata atau fobia spesifik, yang membutuhkan perawatan tersendiri.

Cara Mengatasi Trypophobia

Untuk mengatasi trypophobia, beberapa metode terapi dan perawatan dapat membantu seseorang memahami dan mengatasi rasa takut dan kecemasan yang terkait dengan benda-benda dengan lubang berulang. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:

  1. Terapi perilaku: Terapi ini berfokus pada membantu seseorang mengatasi dan mengubah respon emosional mereka terhadap benda-benda yang memicu trypophobia. Terapi ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi stres dan kecemasan dengan mengajarkan teknik relaksasi, seperti meditasi atau latihan pernapasan.
  2. Terapi kognitif-perilaku: Terapi ini berfokus pada membantu seseorang mengatasi dan mengubah pandangan mereka terhadap benda-benda yang memicu trypophobia. Terapis akan bekerja dengan pasien untuk mengidentifikasi dan mengatasi pikiran dan keyakinan yang merugikan yang mungkin memicu atau memperburuk rasa takut.
  3. Terapi eksposure: Terapi ini berfokus pada membantu seseorang mengatasi rasa takut dengan cara menghadapi dan memproses benda-benda yang memicu trypophobia secara bertahap. Terapis akan bekerja dengan pasien untuk membangun kepercayaan diri dan membantu mereka mengatasi rasa takut yang mereka alami saat melihat benda-benda tersebut.
  4. Medikasi: Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk membantu mengatasi gejala-gejala trypophobia, seperti kecemasan atau depresi. Obat-obatan ini harus diterima dan dikonsumsi sesuai anjuran dokter.
  5. Pendekatan holistik: Beberapa orang mungkin menemukan bantuan dengan pendekatan holistik, seperti meditasi, yoga, atau terapi energi untuk mengatasi trypophobia. Pendekatan ini berfokus pada mengatasi gejala secara menyeluruh dan membantu seseorang mempertahankan keseimbangan mental dan emosional.

Penting untuk diingat bahwa setiap orang berbeda dan bahwa beberapa metode perawatan mungkin lebih efektif daripada yang lain. Terapi dan perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dan harus diterapkan dengan bimbingan dan dukungan dari profesional kesehatan mental.

Kesimpulannya, jika Anda mengalami Trypophobia sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Rasa takut akibat Trypophobia tidak bisa dianggap enteng, karena bisa terus berkelanjutan dan membutuhkan penanganan yang tepat untuk keluar dari masalah ini.

(GE – YSP)

Scroll to Top