Obat Apa Itu Alpara? Ketahui Manfaat, Dosis Serta Efek Sampingnya Disini

Bagikan:

AshefaNewsObat apa alpara? Alpara yaitu obat yang sering diresepkan dokter untuk meringankan gejala flu dan batuk. Seperti hidung tersumbat, sakit kepala, demam dan lainnya. Obat ini juga dijual bebas di apotek sehingga bisa langsung didapatkan tanpa resep dokter. Asal penggunaannya sesuai dosis dan aturan. 

Gejala flu dan batuk memang akan mengganggu aktivitas. Untuk itu harus segera diatasi dengan obat. Salah satunya obat alpara. Sebelum mengkonsumsinya ada baiknya anda mengetahui manfaat, dosis, aturan pakai, interaksi obat hingga efek samping yang ditimbulkan. Ketahui lebih banyak mengenai obat alpara di artikel ini. 

Alpara obat apa?

Alpara adalah obat untuk mengatasi gejala flu dan batuk seperti hidung tersumbat, demam, sakit kepala, bersin dan batuk. Kombinasi obat alpara yaitu mengandung paracetamol, chlorpheniramine maleate, phenylpropanolamine HCl dan dextromethorphan HBr. 

Paracetamol dalam alpara bekerja untuk mengatasi sakit kepala dan menurunkan demam. Phenylpropanolamine dan chlorpheniramine berfungsi sebagai dekongestan serta antihistamin yang bisa meringankan hidung tersumbat, bersin-bersin dan meler. Sedangkan dextromethorphan untuk meredakan batuk kering. 

Obat ini tersedia dalam bentuk kaplet dan sirup. Termasuk golongan obat bebas terbatas. Cara kerjanya sebagai analgetik atau pereda nyeri, antipiretik atau meredakan demam dan antitusif atau mengurangi gejala flu dan batuk akibat virus di saluran nafas. 

Jenis-jenis obat alpara 

  1. Alpara kaplet 

Satu kaplet alpara mengandung paracetamol 500 mg, phenylpropanolamine HCl 12,5 mg, chlorpheniramine maleate 2 m mg dan dextromethorphan HBr 15 mg. Satuan penjualannya per strip.

  1. Alpara sirup

Per 5 ml alpara sirup mengandung paracetamol 125 mg, chlorpheniramine maleate 0,5 mg, phenylpropanolamine HCl 3,125 mg, dan dextromethorphan HBr 3,75 mg. Satuan penjualan per botol 60 ml. 

Bahan aktif Alpara dan Mekanisme Kerjanya 

  1. Paracetamol

Paracetamol adalah obat pereda nyeri disebut juga acetaminophen yang paling banyak digunakan. Sifat analgesik dan antipiretik bisa digunakan tanpa resep dokter. 

  1. Chlorpheniramine Maleate

Chlorpheniramine Maleate adalah obat golongan alkil amina antihistamin generasi utama. Biasa digunakan mengobati gejala alergi rhinitis dan urtikaria.

Jika dibandingkan dengan obat golongan antihistamin generasi pertama chlorpheniramine maleate memiliki efek sedatif yang lemah. Obat ini bekerja menghambat pelepasan histamin dari sel mast. Dan memiliki sifat antikolinergik yang bekerja menghambat zat kimia penghantar sinyal antara sel saraf. 

  1. Phenylpropanolamine

Phenylpropanolamine yaitu obat golongan masak dekongestan yang memiliki efek stimulan dan agen anoretik. Digunakan dalam sediaan garam yaitu phenylpropanolamine hydrochloride. Berfungsi untuk meredakan hidung tersumbat karena flu, radang sinus, batuk pilek dan alergi. 

  1. Dextromethorphan

Dextromethorphan memiliki efek penenang, stimulan dan disosiatif. Biasa digunakan untuk obat penekan batuk karena iritasi tenggorokan dan bronkial ringan. Penelitian juga pernah membuktikan untuk mengurangi oksidatif dan aterosklerosis pada tikus. 

Dosis dan aturan pakai obat alpara 

Dosis obat alpara untuk meredakan gejala flu disertai batuk adalah sebagai berikut : 

  1. Alpara kaplet

-Dewasa dan anak di usia di atas 12 tahun 1 kaplet 3 kali sehari

– Anak-anak 6-12 tahun  1/2 kaplet diminum 3 kali sehari

  1. Alpara sirup

– Anak-anak usia 6 hingga 12 tahun, 2 sendok takar yaitu 10 ml 3 kali sehari.

Aturan pemakaian obat alpara 

  • Ikuti anjuran dokter jika obat diresepkan. Baca aturan pakai di kemasan obat secara teliti sebelum mengkonsumsi obat alpara 
  • Jangan mengurangi atau menambah dosis tanpa aturan dokter, sebaiknya dikonsumsi setelah makan
  • Minum alpara kaplet dengan air putih untuk menelan obat, untuk alpara sirop kocok terlebih dahulu, gunakan sendok takar dalam kemasan obat. Jangan gunakan sendok makan biasa karena dosis bisa tidak sesuai yang diresepkan
  • Harus ada waktu yang cukup antara dosis yang satu dengan yang berikutnya. Konsumsi setiap hari pada jam yang sama agar tidak terlewat
  • Bila lupa mengkonsumsi obat segera konsumsi jika jadwal berikutnya masih panjang. Tetapi abaikan jika jeda berikutnya sudah dekat. Jangan menggandakan dosis obat sembarangan
  • Penyimpanan obat di tempat bersuhu ruangan di bawah 30 derajat celcius, hindari panas matahari langsung dan jangkauan anak-anak
  • Konsultasi kembali dengan dokter jika gejala tidak kunjung reda setelah mengkonsumsi obat selama 3 hari
  • Tingkatkan kekebalan tubuh dibarengi dengan konsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, minum air putih yang banyak, sehingga tubuh akan cepat pulih dan melawan virus dengan baik. 

Interaksi obat alpara 

Resiko interaksi obat alpara terjadi saat digunakan bersamaan dengan obat lain. Sehingga bisa mengubah cara kerja obat, tidak bisa bekerja dengan maksimal bahkan dapat membahayakan tubuh. 

Beritahu obat apa saja yang sedang dikonsumsi kepada dokter agar bisa menghindari interaksi obat ini. Obat-obatan yang dapat berinteraksi dengan alpara diantaranya : 

  • Fenobarbital, fenitoi dan carbamazepine, bisa meningkatkan kerusakan hati
  • Antikoagulan warfarin. Paracetamol bisa meningkatkan efek koagulasi obat sehingga bisa meningkatkan resiko pendarahan
  • Metoclopramide, bisa meningkatkan efek analgetik paracetamol
  • Kolestiramin dan lixisenatide. Dapat mengurangi efek farmakologis kandungan paracetamol
  • -Obat jenis monoamine oxidase inhibitors. Dapat berinteraksi dengan kandungan dextromethorphan sehingga memperpanjang efek obat
  • Obat anti nyeri golongan opioid, obat tidur, atau obat antipsikotik. Bisa meningkatkan efek kantuk dan terjadinya komplikasi

Efek samping penggunaan obat alpara 

Efek samping alpara umumnya bisa ditoleransi dengan baik oleh penggunanya. Jika digunakan sesuai dosis dan aturan yang benar. Namun tetap ada efek samping penggunaan yang dapat terjadi. 

Kandungan paracetamol pada alpara bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika pengguna menggunakan obat secara berlebih. Efek samping ini dapat meningkat pada pengguna alkohol. Efek samping ringan pada sistem pencernaan seperti mual dan muntah. 

Jika dosis tinggi obat alpara juga dapat meningkatkan terjadinya resiko pendarahan di dalam lambung. Efek samping pada ginjal sangat jarang, namun jika digunakan dalam jangka panjang akan meningkatkan resiko terjadinya kerusakan ginjal. 

Efek Pada kulit jarang terjadi, namun ada resikonya seperti sindrom Stevens Johnson dan nekrolisis epidermal toksis akibat obat yang mengandung paracetamol. Meskipun jarang tetap harus waspada karena jika terjadi akan fatal akibatnya.

Alpara dapat menyebabkan efek samping lain berupa : 

  • Mengantuk
  • Sakit kepala
  • Mulut kering, hidung dan tenggorokan juga terasa kering
  • Keringat berlebihan 
  • Retensi urin 
  • Vertigo atau pusing berputar 
  • Aritmia 
  • Takikardi 
  • Gelisah 
  • Gangguan psikomotor
  • Palpitasi 
  • Kejang epilepsi jika dosis sudah melebihi batas dan jangka panjang
  • Sakit lambung
  • Insomnia
  • Sembelit 
  • -Mual muntah 

Segera kunjungi dokter jika efek samping tersebut terjadi tidak kunjung mereda dan semakin parah. Laporkan jika ada efek samping yang lebih serius seperti sesak nafas, detak jantung tidak beraturan, kejang, halusinasi, tidak bisa buang air kecil dan lainnya.

Kesimpulan

Alpara adalah obat yang memiliki manfaat untuk meredakan flu, batuk, sakit kepala, demam, hidung tersumbat. Memiliki kandungan paracetamol, chlorpheniramine maleate, phenylpropanolamine dextromethorphan. Tersedia dalam bentuk kaplet dan sirup.

Dosis kaplet untuk dewasa 1 kaplet 3 kali sehari, anak 6-12 tahun 1/2 kaplet 3 kali sehari. Sedangkan sirup anak 6-12 tahun 10 ml 3 kali sehari. Efek samping umum yang mungkin terjadi seperti pusing, mengantuk, mual muntah, mulut kering, sembelit. Efek yang lebih serius seperti kejang, sesak, jantung berdebar cepat, susah buang air kecil dan halusinasi.

(GE – RFA)

Scroll to Top