AshefaNews, Jakarta – Perusahaan pertambangan pemerintah Swedia (LKAB) dikejutkan dengan penemuan ladang mineral logam tanah jarang di sebuah kota di Swedia utara. Itu berada di sebuah lokasi pertambangan bijih besi bawah tanah terbesar di dunia.
LKAB mengatakan temuan itu berada di sekitar tambang bijih besi bawah tanah raksasa di Kiruna. Tambang itu menampung lebih dari satu juta metrik ton oksida tanah jarang.
Temuan itu meningkatkan harapan Eropa mengurangi ketergantungan pada Tiongkok. Selama ini Tiongkok mengekspor tanah jarang dengan memproduksi lebih dari 80% untuk pasar global.
Eropa tergantung ke Beijing dengan 95% komoditi itu berasal dari Tiongkok. “Ini adalah kabar baik, tidak hanya untuk LKAB, kawasan dan rakyat Swedia, tetapi juga untuk Eropa dan iklim,” kata Jan Monstrom, CEO LKAB dalam sebuah pernyataan, dilansir dari DW, Jumat (13/1),
Ia mengatakan akan mengajukan permohonan konsesi eksploitasi pada 2023, namun hingga tahap mendapatkan endapan itu membutuhkannya waktu 10-15 tahun.
Menteri Energi, Bisnis, dan Industri Swedia Ebba Busch mengatakan bahwa “elektrifikasi, swasembada, dan independensi Uni Eropa dari Rusia dan Cina akan dimulai dari tambang.
“Penemuan elemen logam tanah jarang menjadi penting karena ini adalah bahan utama untuk produksi mobil listrik, smartphone, dan merupakan sistem energi terbarukan,” paparnya.
Untuk diketahui menurut wikipedia logam tanah jarang atau unsur logam langka adalah kumpulan 17 unsur kimia pada tabel periodik, terutama 15 lantanida ditambah skandium dan itrium, elemen ini dapat menjadi salah satu energi terbarukan.
(RM – Yana)