Rabbi Yahudi Minta Umatnya Tinggalkan Rusia

Bagikan:

AshefaNews, Jakarta – Kepala Rabbi Moskow yang diasingkan, Pinchas Goldschmidt mengatakan orang-orang Yahudi harus meninggalkan Rusia. Umatnya, kata dia bisa menjadi sasaran kemarahan jika Rusia kalah perang di Ukraina. 

“Ketika kita melihat kembali sejarah Rusia, setiap kali sistem politik berada dalam bahaya, Anda melihat pemerintah mencoba mengalihkan kemarahan dan ketidakpuasan massa terhadap komunitas Yahudi,” kata Goldschmidt dilansir dari The Guardian, Minggu (1/1). 

Dia mengatakan sejarah telah membuktikan klaimnya tersebut yakni saat kerajaan Tsar Rusia dan rezim Stalinis. Dua era itu isu antisemitisme meningkat.

“Inilah mengapa saya yakin pilihan terbaik bagi orang Yahudi Rusia adalah pergi,” tambahnya. 

Goldschmidt mengundurkan diri dari jabatannya dan meninggalkan Rusia pada Juli setelah menolak mendukung invasi Rusia ke Ukraina. “Tekanan diberikan kepada para pemimpin komunitas untuk mendukung perang dan saya menolak untuk melakukannya. Saya mengundurkan diri karena melanjutkan sebagai kepala rabbi Moskow akan menjadi masalah bagi masyarakat karena tindakan represif yang diambil terhadap para pembangkang,” katanya. 

Puluhan ribu orang Yahudi Rusia telah beremigrasi selama 100 tahun terakhir, pertama ke Eropa dan Amerika dan baru-baru ini ke Israel. Menurut sensus tahun 1926 terdapat 2.672.000 orang Yahudi di Uni Soviet saat itu, 59% di antaranya di Ukraina. 

Saat ini hanya sekitar 165.000 orang Yahudi yang tersisa di Federasi Rusia dari total populasi 145 juta. Goldschmidt percaya bahwa sejak perang dimulai, 25% hingga 30% dari mereka yang tersisa telah pergi.

Pada Juli, pemerintah Rusia menutup Badan Yahudi cabang Rusia, sebuah organisasi nirlaba yang mempromosikan migrasi ke Israel. Secara keseluruhan, diperkirakan sekitar 200.000 orang Rusia telah melarikan diri dari Rusia, sebuah eksodus yang dipercepat ketika wajib militer diperkenalkan pada September. 

“Ada bagian dari masyarakat Rusia yang disebut creacle, kelas kreatif bisnis dan pemimpin budaya, cendekiawan dan seniman,” kata Goldschmidt.

Dia mengatakan sebagian besar komunitas Yahudi di Ukraina juga telah pergi dan sekarang menjadi pengungsi di Jerman, Austria, dan Rumania. Ukraina memiliki sejarah panjang antisemitisme dari pogrom pada akhir abad ke-19 hingga memfasilitasi pembantaian Nazi selama perang dunia kedua. 

Yang paling terkenal adalah pembunuhan 33.000 orang Yahudi di Babi Yar, Kyiv, pada 1941. Mengingat sejarah ini, Goldschmidt mengatakan sungguh luar biasa bahwa Volodymyr Zelensky, yang tidak merahasiakan keyahudiannya, terpilih sebagai presiden Ukraina dengan lebih dari 70% suara. 

Fakta itu membuat klaim Vladimir Putin bahwa Ukraina diperintah oleh neo-Nazi adalah kebohongan. “Tunjukkan pada saya negara lain yang berada dalam cengkeraman Nazi di mana komunitas Yahudi berkembang pesat. Namun, saya tidak tahu bagaimana perasaan presiden Yahudi (Zelensky). Dia memainkan kartu Yahudi untuk meminta bantuan Israel,” ungkapnya.

Goldschmidt juga mencatat bahwa orang Yahudi Rusia menghadapi masa depan yang tidak pasti. Namun antisemitisme sedang meningkat di tempat yang telah lama dilihat sebagai tempat perlindungan Yahudi, Amerika Serikat. 

Pada 2018, seorang pria bersenjata membunuh 11 jemaah di sinagog Pittsburgh. Tahun lalu Anti-Defamation League mencatat rekor 2.717 insiden antisemit di Amerika Serikat.

“Selama bertahun-tahun, orang Yahudi di Amerika Serikat percaya bahwa itu adalah pengecualian, bahwa apa pun yang terjadi di Eropa dan negara lain tidak akan pernah terjadi di sana,” kata Goldschmidt. 

Walikota dari 53 kota di 23 negara bertemu di Athena awal bulan ini untuk membahas cara memerangi kebangkitan antisemitisme di seluruh dunia. “Kita harus menghentikan kekuatan yang mencoba menghancurkan Eropa dari dalam,” kata rabbi itu. 

“Awalnya, ketika terjadi penyerangan terhadap sekolah-sekolah Yahudi seperti yang terjadi di Toulouse, orang mengira itu adalah masalah Yahudi. Tapi setelah Charlie Hebdo, penyerangan di Nice dan di pasar Natal di Berlin, Eropa memahami bahwa itu adalah masalah Eropa, bukan masalah Yahudi. Itulah yang harus dipahami oleh para walikota ini.”

(RM – Yana) 

Scroll to Top