AshefaNews, Jakarta – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menangguhkan sebagian program kemanusiaan di Afghanistan. Itu merupakan dampak dari larangan perempuan bekerja oleh Taliban.
Dilansir dari The Guardian, Kamis (19/12), Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan partisipasi perempuan dalam pemberian bantuan tidak dapat dinegosiasikan dan harus dilanjutkan. Ia menyerukan pihak berwenang untuk membatalkan keputusan tersebut.
“Melarang perempuan dari pekerjaan kemanusiaan memiliki konsekuensi langsung yang mengancam jiwa bagi semua warga Afghanistan. Sudah, beberapa program kritis waktu harus dihentikan sementara karena kekurangan staf perempuan,” ujarnya.
Pihaknya tidak dapat mengabaikan kendala operasional yang sekarang dihadapi sebagai organisasi kemanusiaan. “Kami akan berusaha untuk melanjutkan penyelamatan nyawa, aktivitas kritis waktu. Tapi kami memperkirakan bahwa banyak aktivitas perlu dihentikan sementara karena kami tidak dapat memberikan bantuan kemanusiaan yang berprinsip tanpa pekerja bantuan perempuan,” paparnya.
Langkah itu dilakukan ketika menteri luar negeri dari 12 negara dan Uni Eropa, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris, mendesak pemerintah pimpinan Taliban di Afghanistan untuk membatalkan keputusan tersebut. Para menteri dari negara-negara termasuk AS, Prancis, Jerman, Inggris dan Australia, mengatakan perintah sembrono dan berbahaya Taliban telah membahayakan jutaan warga Afghanistan yang mengandalkan bantuan kemanusiaan untuk kelangsungan hidup.
Hampir semua lembaga bantuan yang beroperasi di Afghanistan telah menangguhkan hampir semua pekerjaan untuk sementara. Puluhan ribu pekerja bantuan merupakan pencari nafkah utama rumah tangga.
Koordinator Kemanusiaan PBB di Afghanistan Ramiz Alakbarov mengklaim kementerian kesehatan Taliban meminta melanjutkan kerja sama. Kementerian lain juga telah menghubungi PBB secara langsung untuk mengatakan pekerjaan di bidang manajemen bencana dan keadaan darurat harus dilanjutkan.
(PP – Yana)