AshefaNews, Jakarta – Luiz Inacio Lula da Silva atau lula akan dilantik menjadi Presiden Brasil pada Minggu (1/1/2023) sore. Jabatan ini menjadi yang ketiga baginya dan akan menghadapi kekuatan rivalnya, Jair Bolsonaro, dalam pemilihan presiden di parlemen.
Dilansir dari AFP, Minggu (1/1), Bolsonaro enggan menyaksikan inagurasi Lula dengan pergi ke Florida, Amerika Serikat. Lula, berhasil merebut kembali kekuasaannya di usia 77 tahun.
Itu kurang dari lima tahun setelah dipenjara atas tuduhan korupsi yang kontroversial. Gesekan politik Lula dengan Bolsonaro belum reda, buktinya pelantikannya diamankan 8.000 polisi termasuk lebih dari 1.000 petugas federal.
Angka itu menjadi tekor pengerahan pasukan keamanan untuk pelantikan presiden di Brasil. Pekan lalu pendukung Bolsonaro ditangkap karena menanam bahan peledak di sebuah truk tangki di dekat bandara Brasilia.
Sekitar 300.000 pendukung Lula diperkirakan menghadiri acara tersebut. Para pejabat asing termasuk 17 kepala negara juga menyaksikan pelantikan Lula.
Dengan ketidakhadiran Bolsonaro, Lula akan menjadi Presiden pertama sejak berakhirnya kediktatoran militer Brasil 1965-1985 yang tidak menerima selempang kuning-hijau dari pendahulunya.
Sebelumnya, Lula telah mampu mengembalikan pertumbuhan ekonomi, menghentikan penghancuran hutan Amazon dan memerangi kemiskinan serta ketidaksetaraan. Diperkirakan 30 juta dari 215 juta penduduk Brasil hidup dalam kelaparan.
Wakil presiden terpilih Geraldo Alckmin menggambarkan tugas administrasi yang akan datang sebagai herculean. Lula akan menghadapi Kongres yang didominasi oleh sekutu konservatif Bolsonaro.
Dia juga dirundung oleh garis keras sayap kanan yang telah berkumpul di luar pangkalan militer menyerukan intervensi militer untuk menjauhkannya dari kekuasaan sejak dia memenangkan pemilihan putaran kedua 30 Oktober, 50,9% menjadi 49,1%.
“Dia harus bertindak tegas dalam 100 hari pertamanya untuk menunjukkan ke mana arah Lula Bagian Tiga,” kata Pengamat Politik Leandro Consentino dari institut Insper di Sao Paulo.
Kemenangan Lula akan menghadapi kekuatan politik yang terpecah dengan oposisi yang agresif. Sementara, pasar keuangan mengamati janji Lula yang akan mendanai belanja sosial di tengah kelesuan ekonomi Brasil.
(RM – Yana)