AshefaNews, Jakarta – Dunia akan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) / World Economic Forums Davos 2023, Swiss pada Senin (16/1). Perkumpulan para pemimpin pemerintahan dan bisnis tahunan itu disinyalir akan berkutat pada dua isu besar, krisis di Ukraina dan Perubahan Iklim.Â
Forum yang telah berlangsung 53 tahun itu berupaya mewujudkan globalisasi. Cita-cita itu sulit untuk terealisasi dengan kondisi keamanan dan ekonomi dunia yang carut- marut.
Ahli Ekonomi dari Jerman Adalah Klaus Schwab menggagas agenda pertemuan tahunan di Pegunungan Alpen setiap musim dingin itu. Pertemuan informal ini tidak mengeluarkan kesepakatan mengikat.
“Tema pertemuan (kali ini) adalah kerja sama di dunia yang terfragmentasi’,” kata Ketua Eksekutif dan Pendiri World Economic Forum (WEF) Klaus Schwab dilansir dari DW, Minggu (15/1).
Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Sekjen PBB Antonio Guterres merupakan tokoh sentral di panggung tersebut. Berikutnya 400 menteri dan pembuat kebijakan, 600 CEO serta perwakilan media, LSM, dan tokoh akademis.
“Tidak ada keraguan bahwa pertemuan tahunan ke-53 kami di Davos akan berlangsung dengan latar belakang geopolitik dan geoekonomi yang paling kompleks dalam beberapa dekade terakhir. Begitu banyak yang dipertaruhkan,” kata mantan Menteri Luar Negeri Norwegia, Borge Brende.
Menurut Brende yang kini menjadi presiden pertemuan tersebut, dampak konflik di Ukraina dan penanggulangannya menjadi isu utama KTT tersebut. Sebab pertemuan lima hari para pemimpin negara dan bisnis global itu tidak dapat membangun solusi ekonomi tanpa stabilitas keamanan.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dijadwalkan akan menghadiri gelaran ini berserta Presiden Polandia Andrzej Duda. Keduanya akan meminta dunia termasuk Brasil mengeluarkan kecaman terhadap Rusia yang menginvasi Ukraina.
Dari Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky belum menyatakan akan ada di acara ini namun sejumlah menterinya sudah mengkonfirmasi kehadiran. Kyiv berpeluang mendapatkan lebih banyak dukungan moril dan pertahanan lewat KTT ini.
Selain itu, isu yang dapat menjadi pusat perdebatan ialah perihal perubahan iklim. Sebab KTT Davos dapat menjadi suksesor untuk pembicaraan global masalah iklum, COP28, di Uni Emirat Arab pada 30 November.
Sementara aktvis lingkungan pesimistis konferensi ini melahirkan kesepahaman bersama dalam penanggulangan perubahan iklim. Sebab KTT serupa sebelum-sebelumnya hanya diisi oleh perdebatan kusir yang nihil solusi khususnya menyangkut pelaksanaan transisi energi.
Para pecinta lingkungan menuduh pertemuan itu hanya sekedar acara kongkow para pemilik dan manajer perusahaan besar untuk menggali keuntungan lebih banyak dari penduduk dunia.
(RM – Yana)