AshefaNews, Jakarta – Pada 2022 telah menandai 20 tahun Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Jepang-Korea Utara (Korut). Pertemuan itu menghasilkan pemulangan lima warga Tokyo yang diculik oleh Pyongyang.
Dilansir dari NHK, Selasa (3/1), sebanyak 12 orang yang secara resmi diakui pemerintah Jepang sebagai korban penculikan telah dibebaskan. Bahkan delapan orang tua dari korban penculikan sudah meninggal.
Mereka telah dua dekade tanpa bertemu kembali dengan anak-anak mereka yang diculik. Hanya Yokota Sakie yang berusia 86 tahun, ibu dari korban penculikan terkenal Yokota Megumi, serta Arimoto Akihiro yang berusia 94 tahun, ayah dari korban penculikan Arimoto Keiko, masih hidup.
Grup yang mewakili keluarga korban penculikan mengesahkan rencana aksi baru tahun lalu. Rencana itu menyebutkan bahwa isu penculikan tersebut tidak akan selesai hingga orang-orang tua tersebut kembali dapat memeluk anak-anaknya. Kelompok itu mengatakan berulang kali bahwa waktunya sudah hampir habis guna menyelesaikan isu tersebut.
Pemerintah Jepang merespons dengan menyatakan bahwa penculikan tersebut merupakan isu hak asasi manusia dan untuk pertama kalinya mengakui bahwa terdapat batasan waktu untuk menyelesaikannya karena keluarga korban makin menua. Pemerintah berjanji untuk mengupayakan solusi cepat atas isu tersebut.
Yokota Takuya yang mengepalai kelompok keluarga korban penculikan itu adalah saudara laki-laki dari korban penculikan Yokota Megumi.
Sambil mengingat 2022, ia menyampaikan kepada NHK bahwa tidak ada kemajuan yang bisa dilihat dalam upaya untuk memulangkan orang-orang tercinta mereka.
Ia mengatakan tidak ada orang yang bisa memastikan keberadaan saudarinya sejak diculik 45 tahun lalu. Menurutnya, kenyataan yang buruk adalah terdapat batasan waktu dalam menyelesaikan isu penculikan itu.
Yokota merujuk pada pesan yang pertama kali dikeluarkan grup itu empat tahun lalu bagi pimpinan Korea Utara Kim Jong Un.
Ia mengatakan kelompok itu berulang kali berjanji tidak akan menanyakan kepada korban penculikan mengenai apa yang mereka lihat atau dengar di Korea Utara saat para korban itu kembali ke Jepang. Menurutnya, mereka juga berjanji tidak akan mengungkapkan rahasia atau menyabotase negosiasi untuk menormalkan hubungan antara Jepang dengan Korea Utara.
Dikatakannya, ia ingin otoritas Korea Utara untuk percaya akan janji kelompok itu dan mengambil langkah yang berani.
(RM – Yana)Â