AshefaNews, Jakarta- Penyebaran kasus covid-19 di Tiongkok berdampak buruk bagi sejumlah sektor usaha dan negara-negara tetangga. Salah satunya dirasakan Jepang kegiatan industri mengalami kelesuan selama tiga bulan berturut-turut.
Dilansir dari NHK, Kamis (29/12), pemerintah Jepang mengumumkan indeks produksi industri jatuh 0,1% pada Oktober dibandingkan Oktober. Kementerian Industri Jepang mengatakan produksi naik perlahan, tetapi sebagian menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Kementerian itu menyebutkan penurunan produksi akibat kurangnya permintaan konveyor dan mesin lainnya serta peralatan pembuat cip. Hal itu dilatari oleh kenaikan tingkat suku bunga oleh bank-bank sentral di negara-negara Barat serta menyebarnya penularan virus korona di Tiongkok.
Para pejabat kementerian itu mengatakan produksi mungkin tetap turun di tengah meningkatnya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi di Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok.
Para pejabat itu mengatakan mereka akan terus memantau situasi penularan covid-19 di Tiongkok serta inflasi dunia. Di tengah situasi ini, Jepang tidak akan menaikan suku bunga.
Perdana Menteri Jepang Kishida Fumio mengatakan akan membubarkan Majelis Rendah di Parlemen dan menggelar pemilu sela sebelum menaikan pajak. Itu penting guna membiayai anggaran pertahanan yang lebih besar.
Pemerintah mengatakan pajak tersebut akan dinaikkan pada waktu yang tepat pada 2024 atau setelahnya. Ia mengatakan pemerintahnya belum memutuskan mulai membayar pajak lebih banyak.
Pemerintah dan koalisi berkuasa sepakat menaikkan pajak guna menanggung kekurangan anggaran pertahanan tahunan sebanyak lebih dari 1 triliun yen atau sekitar US$7,5 miliar yang diperkirakan akan ditarik mulai tahun fiskal 2027 dan setelahnya.
Kepala kebijakan kubu utama Partai Demokratik Liberal (LDP) yang berkuasa pada Minggu (25/12) mengisyaratkan bahwa pemilu sela diperlukan sebelum kenaikan pajak guna mengupayakan mandat publik.
(PP – Yana)