AshefaNews, Jakarta – Jumlah kematian akibat covid-19 masih simpang siur. Angka tertinggi dilaporkan The Economist dengan perkiraan 21 orang kematian sejak pandemi virus ini mencuat.
Dilansir dari AFP, Jumat (30/12), jumlah kematian global yang sebenarnya akibat covid-19 tetap sulit untuk dipastikan. Selama tiga tahun pandemi ini berlangsung para ahli menilai angka kematian sangat tinggi. Namun setiap lembaga kesehatan dan penelitian tidak mencapai persamaan dalam jumlah total kematian.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan dalam jurnal Nature awal bulan ini dengan mencatat 14,83 juta kematian selama 2020 dan 2021. Namun penelitian dari Institute for Health Metrics and Evaluation yang berbasis di Amerika Serikat mencatat sampai Maret 2022 terdapat 18,2 juta kasus kematian.
Menurut angka WHO, India memiliki kematian berlebih terbanyak yang terkait dengan Covid-19 pada 2020-2021 dengan 4,74 juta. Sementara Rusia berada di bawah India dengan satu juta lebih rendah.
Namun perbedaan terbesar antara perkiraan jumlah kematian dan angka sebenarnya ada di Amerika Selatan. Peru, misalnya, mencatat total kematian sekitar dua kali lebih banyak pada 2020-2021 dibandingkan pada waktu normal.
Namun Hanno Ulmer dari Universitas Medis Innsbruck Austria menunjukkan angka kematian covid-19 dapat tercampur dengan kasus lain. Pada saat yang sama Peru diterjang wabah demam berdarah. Sementara Tiongkok mengalami 6,65 juta kematian akibat Covid-19 sesuai data resmi sejak virus itu pertama kali diidentifikasi.
(GE – Yana)