AshefaNews – Papua Nugini adalah pulau yang terletak di bagian timur Indonesia. Wilayah ini memiliki kekayaan alam melimpah hingga membuatnya menjadi destinasi favorit turis asing. Beberapa bulan belakangan jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat setelah pemberlakuan PPKM dihentikan. Banyak orang berbondong-bondong mengunjungi pulau ini hanya sekedar ingin melihat bagaimana bentuk Rumah Adat Papua dan cara hidup masyarakat yang tinggal di sana.
Seperti yang Anda ketahui bahwa Papua memiliki keragaman suku. Maka bisa dipastikan model rumah dari tiap-tiap suku tersebut berbeda. Namun, satu hal yang membuatnya sama adalah bahan yang digunakan semuanya berasal dari alam. Mulai dari atap, dinding, lantai, pintu, hingga perabotan rumah. Dikarenakan terbuat dari bahan alami maka keseimbangan alam di sekitarnya pun masih tetap terjaga.
Rumah Adat Papua tidak hanya Rumah Hanoi saja. Melainkan ada banyak jenis dan ragamnya yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Masing-masing rumah memiliki keunikan yang akan membuat Anda terpukau begitu melihatnya. Kurang lebih jumlahnya ada sekitar 9 rumah dengan nama yang berbeda. Daripada Anda gigit jari karena penasaran, silakan simak ulasan selengkapnya pada sub bab berikut.
9 Rumah Adat Papua Dengan Corak yang Unik
1. Rumah Kaki Seribu
Rumah Adat Papua Nugini satu ini kedengarannya masih sangat asing di telinga sebagian orang. Pasti Anda bertanya-tanya kenapa namanya rumah kaki seribu?. Hal tersebut dikarenakan tiang fondasi yang digunakan berjumlah sangat banyak hingga bentuknya menyerupai hewan kaki seribu. Kalau diperhatikan dari kejauhan sekilas tampak seperti rumah panggung. Akan tetapi di bagian bawahnya tidak ada cukup ruang buat menaruh beberapa barang.
Nama populernya memang rumah kaki seribu, tetapi masyarakat setempat lebih mengenalnya dengan sebutan Mod Aki Aksa. Yang mana artinya rumah milik Suku Arfak yang bertempat tinggal di wilayah Papua Barat. Secara keseluruhan bangunannya terbuat dari kayu dengan posisi saling mengikat. Satu berbentuk horizontal dan yang lainnya membentuk vertikal.
Sementara untuk bagian atapnya menggunakan rumput ilalang yang sudah kering. Dan lantainya terbuat dari anyaman rotan. Kurang lebih luas rumah ini sekitar 8 x 6 meter dengan ketinggian mencapai 1- 1,5 meter. Bisa dibilang rumah ini cukup tinggi sehingga penghuninya akan merasa aman dari serangan hewan buas. Agar terhindar dari hawa dingin, sengaja rumah kaki seribu tidak diberi jendela.
2. Rumah Pohon
Berbeda dengan rumah pada umumnya yang berpijak pada tanah. Rumah Adat Papua bernama rumah pohon ini justru posisinya berada tepat di atas pohon. Rumah ini milik Suku Korowai yang merupakan suku pedalaman asli Pulau Papua. Warga setempat sengaja membangunnya di atas pohon dengan ketinggian 15 – 50 meter untuk melindungi diri dari serangan hewan buas dan roh jahat.
Bagi Anda yang belum tahu, masyarakat Papua memiliki cerita legenda tentang roh jahat bernama Laleo. Makhluk ini bentuknya seperti mayat hidup dan suka berkeliaran saat malam hari. Suku Korowai percaya jika semakin tinggi rumah yang dibangun maka semakin aman dari gangguan roh jahat. Apakah itu benar atau tidak masih belum ada satupun orang yang bisa memastikannya. Anda sebagai seorang turis cukup menghormati kepercayaan tersebut.
3. Rumah Rumsra
Rumah Adat Papua di kenal dengan nama Rumah Rumsram ini adalah milik Suku Biak Nurfor. Biasanya suku tersebut bisa Anda temukan di wilayah Pantai Utara Papua. Dari luar tampak seperti rumah tradisional Papua pada umumnya. Akan tetapi yang sebenarnya ini bukanlah rumah untuk tempat tinggal. Melainkan hanya sebuah tempat belajar yang dikhususkan bagi kaum pria.
Rumah Rumsram memiliki ketinggian antara 6 – 8 meter. Tampilan rumahnya berbentuk persegi panjang dengan bagian atapnya seperti perahu yang terbalik. Penampakannya yang semacam itu melambangkan mata pencaharian penduduk lokalnya yang berprofesi sebagai pelaut. Sebagian besar bahan yang digunakan untuk membangun rumah ini sepenuhnya dari alam. Yaitu menggunakan bahan daun pohon sagu, pelepah sagu, bambu air, dan kulit kayu.
4. Rumah Wamai
Berikutnya ada Rumah Wamai milik Suku Dani. Perlu Anda ketahui, rumah ini bukanlah untuk ditempati manusia. Akan tetapi khusus hewan ternak seperti anjing, ayam, babi, dan kambing. Jika diperhatikan dari luar bentuknya tidak seperti rumah biasanya. Justru yang satu ini jauh lebih fleksibel karena ukurannya menyesuaikan jumlah ternak yang dipelihara.
Sekilas mirip Rumah Honai, tetapi tidak semua dindingnya berbentuk lingkaran secara penuh. Beberapa sumber di internet menyebutkan bahwa sebagian ruangannya ada yang kotak dan persegi panjang. Uniknya, ukuran antara satu rumah dengan yang lainnya tidaklah sama. Kehadiran Rumah Honai ini sendiri sebagai pertanda bahwa kehidupan Suku Dani sangatlah terstruktur.
5. Rumah Hunila
Masih berhubungan dengan Suku Dani yang sangat terkenal akan keragaman budayanya. Kali ini ada rumah adat bernama Hunila yang memiliki ukuran jauh lebih luas ketimbang Rumah Wamai. Kegunaannya bukan juga sebagai tempat hunian. Melainkan difungsikan untuk menyimpan berbagai macam bahan makanan dan peralatan masak.
Bisa dibilang Rumah Hunila merupakan ruangan dapurnya Suku Dani. Apabila masuk ke dalamnya akan tercium bau ubi bakar dan sagu yang begitu menggugah nafsu makan. Satu Rumah Hunila biasanya digunakan oleh keluarga yang menghuni Rumah Honai dan Ebei. Semua orang terbiasa memasak bersama di dalam rumah tersebut yang mana hasil masakannya akan dibagikan kepada pilamo dan keluarga masing-masing.
6. Rumah Ebei
Rumah Ebei adalah hunian khusus yang dibangun untuk perempuan Suku Dani sebagai tempat belajar menjadi seorang ibu sekaligus istri. Selain perempuan, anak kecil laki-laki juga boleh menempati rumah ini. Namun hanya sampai menginjak usia dewasa dan siap pindah ke Rumah Honai. Kata “Ebei” sendiri dalam Bahasa Indonesia artinya tubuh perempuan. Yang mana filosofinya sebagai tubuh kehidupan bagi semua orang sebelum terlahir ke dunia.
Para wanita Papua sering melakukan berbagai macam aktivitas di rumah ini. Seperti menjahit, memasak, membuat kerajinan tangan, dan masih banyak lagi. Rumah Ebei bukan hanya sebuah hunian saja, tetapi memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat Papua. Bentuknya yang lingkaran sebagai pertanda bahwa Suku Dani memiliki persatuan dan kesatuan yang sangat kuat. Serta keberadaan untuk menunjukkan harkat dan martabat dari Suku Dani itu sendiri.
7. Rumah Jew
Kali ini ada rumah adat dari Suku Asmat bernama Rumah Jew. Dibandingkan yang sebelumnya, rumah yang satu ini ukurannya sangat besar dan lebih luas. Kurang lebih panjangnya sekitar 15 meter dan lebar 10 meter. Penduduk setempat sering menyebutnya sebagai rumah bujang. Dikarenakan hanya pria belum menikah saja yang boleh menempatinya. Para perempuan dan anak kecil berusia 10 tahun dilarang masuk ke dalam rumah tersebut.
Laki-laki yang tinggal di Rumah Jew biasanya belajar kepada pria yang sudah menikah tentang banyak hal. Khususnya mengenai pendidikan dan berbagai macam keterampilan. Misalnya seperti menari, memainkan alat musik, dan lain-lain. Rumah Jew juga sering digunakan sebagai tempat musyawarah untuk menyelesaikan suatu perkara.
8. Rumah Kariwari
Untuk yang satu ini ada Rumah Kariwari dari Suku Tobati – Enggros. Bahan yang digunakan pun masih berasal dari alam. Warga setempat biasa memanfaatkan bambu, daun sagu, kayu bambu, dan pohon lainnya. Rumah ini berbentuk segi delapan dan mempunyai tiga tingkatan. Masyarakat percaya bahwa jika bangunannya dibangun seperti itu dapat menjaga rumah dari angin kencang dan hawa dingin.
Setiap tingkatan Rumah Kariwari memiliki fungsi yang berbeda. Lantai pertama sebagai tempat untuk mendidik remaja laki-laki menjadi pria dewasa. Kemudian lantai kedua digunakan para kepala adat guna mengadakan pertemuan khusus. Dan lantai tiga yang berada paling puncak difungsikan sebagai tempat berdoa kepada Tuhan dan para leluhur.
9. Rumah Honai
Dan yang terakhir ini pasti Anda sudah mengetahuinya. Gambarnya sering muncul di buku pelajaran sekolah. Apalagi kalau bukan Rumah Honai dari Suku Dani yang bentuknya sangat unik. Dinding rumahnya berbentuk lingkaran dan terbuat dari kayu yang disusun sejajar. Biasanya rumah ini hanya memiliki satu pintu dan tidak ada jendelanya. Untuk ukuran tingginya kurang lebih 2,5 meter dan lebar sekitar 5 meter.
Lalu untuk bagian atapnya terbuat dari tumpukan ilalang, jerami, dan daun sagu. Yang uniknya memiliki bentuk kerucut tumpul agar rumah tetap hangat dan mencegah air hujan masuk ke dalam rumah. Nama Honai sendiri diambil dari dua kata. Di mana “Hun” artinya laki-laki, dan “Ai” berarti rumah. Maka Anda jangan heran jika yang tinggal di dalamnya adalah laki-laki dewasa. Keunikan dari rumah ini terletak dari tidak adanya perabotan yang memenuhi ruangannya.
Kesimpulan
Itulah beberapa Rumah Adat Papua yang jarang diketahui banyak orang. Bentuknya sangat unik dan berbeda dari rumah modern, bukan?. Apabila Anda ingin mencoba tinggal di dalamnya, cobalah merencanakan akhir pekan nanti mengunjungi Pulau Papua bersama keluarga tercinta. Setidaknya Anda telah ikut berpartisipasi memajukan pariwisata negeri sendiri. Semoga artikelnya bermanfaat dan bisa menambah wawasan Anda tentang Indonesia.
(FR – Indri)