Mengenal Sejarah Candi Abang, salah satu tempat wisata di Sleman Yogyakarta

Bagikan:

AshefaNews, Candi Abang merupakan bekas reruntuhan candi yang ditaksir telah berdiri di era Kerajaan Mataram Kuno. Letak candi ini berdiri di perbukitan di Blambangan Jogotirto, Berbah, Sleman. Candi Abang punya tinggi 6 m dan garis tengahnya mencapai 40 m. Menurut beritanya, Candi Abang merupakan sebutan dari penduduk sekitar di zaman penjajahan Belanda. 

Penemuan Candi Abang

Disebut Candi Abang karena bahan utama yang dipakai adalah batu bata berwarna merah. Merah dalam logat Jawa adalah abang. Informasi terkait Candi Abang kali pertama dijumpai dalam artikel yang ditulis Ijzerman terbit tahun 1891. Sang penulis memberikan judul artikelnya “Beschrijving der Oudheden nabij de grens der residenties Soerakarta en Djogdjakarta”, menyebutkan bila candi abang dibuat dari batu bata merah keras.

Akan tetapi, ketika mengunjungi lokasi candi abang, Ijzerman cuma menjumpai reruntuhan lantai bekas ruangan. Sementara bangunan candi sudah tak ditemukan lagi. Tahun pasti Candi Abang  mulai dibangun belum dibuktikan dengan pasti. Berdasarkan data yang tersedia, beberapa peneliti menduga candi Abang dibuat di abad kesembilan sampai abad kesepuluh, di era Kerajaan Mataram Kuno.

Di tahun 1932, ditemukan prasasti pada situs Candi Abang ini didapatkan tulisan dengan angka tahun 794 Saka yang sejaman dengan tahun 872 Masehi. Namun, belum ditemukan bukti yang menjelaskan bila angka itu membuktikan tahun mulai dibangunnya Candi Abang. Di tahun 1920, NJ.Krom menulis artikel dengan judul Inleiding Tot De Hindoe-Javaansche Kunst, yang mengatakan jika Candi Abang merupakan situs peninggalan masa Hindu-Buddha yang sudah meredup.

Hindu adalah agama tertua di dunia, yang telah menyerap banyak tradisi dan filosofi agama yang berbeda dari masyarakat kuno. Candi Hindu adalah sebuah bangunan, megah dan misterius, menimbulkan kegembiraan saat mengunjunginya, bahkan di antara orang dari agama lain.

Banyak dari apa yang dapat kita pelajari tentang candi ternyata sangat mengejutkan dan menakjubkan. Candi dalam agama Hindu adalah penghubung antara manusia dan Tuhan, antara kehidupan duniawi dan ilahi, antara yang nyata dan yang ideal. Candi adalah tempat tinggal Tuhan, oleh karena itu segala sesuatu yang berhubungan dengannya sangat simbolis, terselubung dalam filosofi kuno, banyak ritual.

Candi Hindu melambangkan model kosmologis Alam Semesta dan Manusia Semesta. Para ahli mengatakan bahwa secara denah candi mencerminkan tubuh seseorang ( bukan yang sederhana, tapi yang Ekumenis) dan oleh karena itu ruangan candi yang berbeda disebut sama dengan bagian tubuh.

Pilihan tempat candi akan dibangun, kapan dan siapa yang akan membangunnya, arsitektur, bahan dan dekorasi, konsekrasi – semuanya dipenuhi dengan makna sakral yang dalam, dilengkapi dengan kondisi dan ritual yang tak ada habisnya. Bahan pembuat candi pun memiliki makna simbolis: batu bata yang dibakar dikaitkan secara bersamaan dengan bumi dan api (terutama pengorbanan). Batu itu melambangkan cakrawala bumi, penopang, serta batu yang mengapung di antara samudra purba tempat Semesta tertutup. Lautan ini secara simbolis diwakili oleh kolam pura, tempat para peziarah bisa mandi.

Ciri pembeda utama dari sebuah candi Hindu adalah adanya murti Dewa atau kepada siapa candi tersebut dipersembahkan. Murti adalah sejenis benda material, paling sering berupa patung, (tingginya bisa mencapai 6 meter) yang terbuat dari batu, kayu, logam, tetapi bisa juga hanya berupa batu. Selama upacara pentahbisan candi, Tuhan dalam salah satu wujud-Nya diundang untuk “menjelma” dalam murti ini dan mulai menerima pemujaan. 

Sejak saat itu, diyakini bahwa murti ini adalah bagian dari Ketuhanan, dan candi adalah tempat di bumi tempat Tuhan hidup untuk memberkati umat manusia. Mungkin ada beberapa murti seperti itu di dalam candi. Dalam istilah modern – alat tulis yang selalu ada di candi yang dibawa keluar dari candi untuk upacara dan prosesi yang khusyuk.

Dahulu kala, perbukitan yang saat ini berbentuk gundukan yang ditumbuhi rerumputan hijau, ada sebuah candi dengan bahannya dibuat dari batu bata merah. Beberapa sisa reruntuhan bata merah candi juga masih bisa dijumpai sampai sekarang. Bentuk dasar candi Abang punya kesamaan dengan Candi Mendut, sehingga bisa diduga apabila ini adalah candi peninggalan agama Buddha.

Sementara letak Candi Abang yang berdiri di atas bukit sering dihubungkan dengan keyakinan masyarakat Hindu-Buddha dimana menganggap tempat ketinggian adalah tempat suci. Di samping itu, Candi Abang pun membawa mitos yang dipercaya penduduk sekitar. Yaitu keyakinan jika candi itu dijaga Kyai Jagal yaitu tokoh setempat yang sangat dihormati. Kabarnya, Kyai Jagal merupakan orang dengan perawakan besar dengan rambut hitam.

Fakta Unik dan Mitos Seputar Candi Abang

Setidaknya ada 4 fakta menarik mengenai Candi Abang yang kebanyakan berupa mitos yang masih dipercaya masyarakat yaitu :

Lokasinya di Perbukitan

Secara sepintas, Candi Abang terlihat cuma gundukan tanah yang berada di atas bukit. Bukit tersebut jika musim hujan tiba maka berubah menjadi warna hijau karena rerumputan yang tumbuh subur di atasnya. Sementara di musim kemarau akan nampak tandus. Bangunan candi tersebut akan nampak merah apabila musim kemarau yang kering. Sebagaimana bangunan candi lazimnya, Candi Abang didirikan di atas bukit. Di samping itu, kekhasan yang lain yaitu candi ini dibuat menggunakan batu bata merah. Fakta tersebut berbeda dibanding umumnya candi yang dibuat memanfaatkan batu andesit.

Adanya Yoni Khas Hindu

Pada area berdirinya Candi Abang, dijumpai sebuah yoni sebagai tanda jika candi tersebut adalah peninggalan agama Hindu. Yoni pada candi itu berwujud persegi delapan dimana tiap sisinya dengan ukuran 15 cm. Di samping itu, di bagian selatan candi ditemukan batu dengan bentuk serupa katak. Penduduk menamakan batu tersebut batu kodok meskipun tanpa terdapat informasi lengkap terkait keberadaannya batu itu. Tidak cuma itu, di puncak candi ada sebuah sumur yang disebut Sumur Bandung.

Makhluk Halus Menjaganya

Penduduk lokal percaya jika Candi Abang itu ada penjaganya yaitu makhluk halus yang dihormati dan dituakan. Makhluk halus tersebut yaitu kyai Jagal dengan perawakan besar dengan rambutnya yang panjang. Di masa penjajahan Jepang, tidak sedikit masyarakat yang Bersembunyi di candi tersebut sebab ada keyakinan jika Kyai jagal akan menjaga mereka. Di samping kepercayaan akan sosok astral dengan nama Kyai Jagal, penduduk pun percaya jika terdapat sebongkah emas sebesar anak kerbau yang tersimpan dalam Candi Abang. Meskipun demikian, tak ada seorang pun yang berani untuk mencoba menggalinya.

Mitos Pesugihan

Kecuali kepercayaan akan Kyai Jagal, dihubungkan dengan harta karun terpendam, ada juga cerita mengenai orang yang memburu pesugihan. Pesugihan adalah semacam ritual klenik yang percaya bahwa dengan mengorbankan sesuatu maka makhluk halus penjaga candi akan berkenan mengirimkan harta benda dalam jumlah yang berlimpah. Beredar juga mitos yang menyebutkan jika di waktu tertentu di atas candi abang terdapat awan yang melintas maka awan itu langsung nampak berwarna merah. Hanya saja, tak setiap orang dapat menyaksikannya sebab awan merah tersebut cuma dapat dilihat oleh orang tertentu saja.

(RM – HKM)

Scroll to Top