We all Have Secrets

Bagikan:

Eloise Whitlock gadis berusia tujuh belas tahun yang lahir di Montpellier, Prancis. Selama hidupnya, ia selalu dikelilingi oleh kekayaan orang tuanya.

Lucas Benjamin Whitlock, Papa dari Eloise, adalah seorang pengusaha. Walaupun Lucas hanya memiliki satu perusahaan, dia menghasilkan banyak uang dari perusahaan tersebut.

Mama Eloise adalah aktris terkenal pada masanya, yaitu, Annette Brigitte Whitlock. Setelah menikah dan mempunyai anak, Annette memutuskan untuk berhenti melanjuti karirnya. Ia ingin lebih fokus untuk merawat anak dan suaminya. Setelah Eloise beranjak remaja, Annette memutuskan untuk membuka café-nya sendiri yang bernama Café Des Amis.

Tetapi, dengan semua kekayaan yang Eloise miliki, ia tidak pernah sombong kepada orang-orang disekitarnya. Karena sedari kecil, Eloise selalu diajarkan orang tuanya untuk selalu rendah hati dan tidak boleh sombong ke siapapun itu.

Di suatu malam. Eloise terbangun dari suara ketukan pintu. Ia melihat ke arah jam dan menunjukan pukul jam 3:00. Eloise berjalan menuju pintu kamarnya dalam kondisi setengah sadar. Saat pintu dibuka, Eloise tidak melihat siapapun. Karena masih mengantuk, ia kembali tidur.

Eloise terbangun pada jam 5:05.

“Astaga! Aku telat untuk sekolah.” ucapnya sambil terkejut melihat jam di sebelahnya. Dia langsung melepas selimutnya dan bergegas untuk mandi.

“Ma! Pa! Mengapa kalian tidak membangunkan ku?”

“Kalian tahu kan, kalau hari ini aku ada pelajaran tambahan?”

omel Eloise.

Lucas dan Annette saling bertatap-tatapan.

“Sayang, hari ini kan hari sabtu. Buat apa kau ke sekolah?” tutur Annette sambil tertawa

Eloise menyalakan handphone-nya, dan benar saja. Di situ tertulis bahwa sekarang tanggal 3 Desember.

“Oh iya, hehe.” ucap Eloise sambil tertawa malu.

“Kan, sudah Papa bilang, kalau tidur jangan malam-malam.” Lucas membuka mulut.

“Iya, maaf ya Papa.”

“Sudah-sudah, ayo kita sarapan bersama. Spesial untuk hari ini, Mama yang masak.” kata Annette sambil menggandeng tangan Eloise untuk duduk bersama mereka.

Yeayy!! Akhirnya Eloise bisa makan masakan Mama lagi!” ucap Eloise dengan sangat senang. Lucas dan Annette tertawa melihat kelakuan putrinya itu.

Setelah makan, Eloise menuju kamarnya untuk mengganti seragam sekolahnya menjadi baju rumah. Eloise terbangun mendengar suara ketukan berulang kali. “Sebentar, aku sedang ganti baju!”. Setelah mengganti bajunya, ia berjalan ke pintu dan membukanya. Dia melihat ke kanan dan ke kiri, tidak ada siapa-siapa. Dengan malas dia berjalan kembali ke kasurnya. Menyalakan televisi dan akhirnya terlelap

Eloise terbangun dengan suara handphone-nya yang berdering. Saat dilihat, yang meneleponnya adalah teman Eloise, Gabriel.

Dengan malas, Eloise duduk untuk mengumpulkan nyawanya lalu, mengambil handphone-nya. Eloise mengambil sambil memutar malas kedua bola matanya dan mengangkat telepon.

“Halo?” suara Gabriel terdengar di telepon.

“Apa apa.” tutur Eloise sedikit kesal, karena tidurnya jadi terganggu.

“Baru bangun ya?” ucap Gabriel … “Pantas saja suaramu kering.”

“Mengapa kamu menelepon?” Eloise bertanya lagi.

“Tidak, aku hanya ingin mendengar suaramu saja” … “Kamu tau tentang kejadian Sophia menghilang?”

“Sophia? Menghilang? Tidak.” Eloise kebingungan.

“Ya, kata orang tuanya, kemarin ia minta izin untuk menginap di rumah Julia. Tetapi Julia tidak pernah melihatnya.” ucap Gabriel.

“Hm, cukup aneh untuk Sophia tiba-tiba menghilang begitu saja.” ucap Eloise curiga.

“Oh iya, nanti aku datang ke rumahmu ya. Orang tuaku bilang kalau Om Lucas menyuruhku untuk menjagamu di rumah.”

ujar Gabriel.

“Oke, sambil membantuku mengerjakan tugas ya! Awas kalau tidak datang.” kata Eloise

Setelah selesai telepon bersama Gabriel, Eloise keluar kamar dan turun menuju dapur untuk mengambil camilan untuk disantap sambil mengerjakan tugas dan menunggu Gabriel datang. Ia berlari menuruni tangga dengan cepat karena lapar. Itu memang menjadi kebiasaannya. Sehabis bangun tidur, langsung kebawah untuk mengambil camilan.

Setibanya di dapur, Eloise melihat sebuah catatan kecil yang ditempel di kulkas. Jarang sekali orang tuanya untuk menaruh catatan seperti itu. Tetapi Eloise tetap mengambil dan membacanya.  Catatan itu dimasukan kedalam amplop kecil dan diberi hiasan bunga di sampingnya.

Eloise, Mama dan Papa pergi selama satu minggu ya sayang. Jangan lupa makan, nanti kalo urusannya dan ujian kamu sudah selesai ayo kita jalan-jalan sekeluarga oke? Hati-hati ya sayang.

– Mama & Papa

“Oh ternyata mereka ada urusan. Tetapi mengapa tidak mengabarkanku dari sms saja? Sudahlah

Eloise kembali ke kamarnya untuk mengerjakan tugas sambil memakan camilan dan mendengarkan musik.

Mm don’t get me started

You’ve got me nervous to speak

So I just won’t say anything at all

I’ve got an urge to release

And you keep tellin’ me to hold on

Ia mendengarkan lagu dari The Neighbourhood, Nervous. Salah satu band favoritnya.

“Huft, akhirnya tugasku selesai.” ucap Eloise.

“Tuk, tuk, tuk” terdengar suara ketukan

“Jangan bilang ini ketukan aneh itu.” kata Eloise dengan malas memutar bola matanya.

“Ketukan aneh apa?” terdengar suara Gabriel dari luar pintu.

“Oh Gabriel.” … “Sebentar!” Eloise berjalan menuju pintunya.

“Maksudmu tadi ‘ketukan aneh’ apa?” tanya Gabriel

“Masuk dulu, nanti akan ku ceritakan.”

Suara Eloise memang sedikit kencang. Jadi Gabriel bisa mendengarnya dari belakang pintu

Eloise keluar kamar untuk meminta tolong bibi memasakan makanan untuknya dan Gabriel.

“Jadi, kamu akanmenginap di sini selama seminggu?” Eloise memulai percakapan.

“Ya, Orang tuaku juga sedang tidak di rumah.” ujar Gabriel.

“Lalu, siapa yang akan menjaga rumahmu?”

“Ada adik dan kakakku.” ucapnya

“Oh iya, maksudmu ‘ketukan aneh’ itu apa?” Gabriel bertanya lagi.

“Jadi, semuanya berawal dari tadi malam.” Eloise mulai bercerita.

“Tadi malam aku terbangun oleh suara ketukan. Lalu, saat aku membuka pintu ternyata tidak ada siapa-siapa.”…

“Ketukan itu terdengar lagi saat aku sedang mengganti baju. Ku kira aku hanya berhalusinasi, tetapi itu terdengar sangat jelas.” ucap Eloise.

“Tuk, tuk, tuk.” suara ketukan terdengar. Gabriel dan Eloise saling tatap-tatapan. “Nona, makanannya sudah jadi.” … “Oh, bibi.” tutur Eloise sambil menghembuskan napas lega, begitu juga Gabriel.

Gabriel dan Eloise turun untuk makan bersama. Setelah makan mereka kembali ke atas, dan saat Eloise membuka pintu suara ketukan aneh itu kembali terdengar. Eloise dan Gabriel hanya bisa berdiri diam. mereka tidak berani bergerak karena suara ketukan itu tidak mungkin berasal dari pintu kamar Eloise karena kondisi pintu itu terbuka. Eloise sedang memegang gagang pintu, Gabriel membawa koper dan buku pelajarannya.

Akhirnya mereka mencoba untuk mencari sumber suara.

“Tuk, tuk, tuk.” suara muncul kembali.

Gabriel curiga suaranya berasal dari bawah lantai. tetapi di bawah kamar Eloise hanyalah gudang biasa yang isinya kardus, kantung belanja, koper, dan barang-barang yang memang seharusnya ada di gudang.

“Sepertinya suara itu berasal dari bawah kamarmu.” ucap Gabriel.

“Hah? Tidak mungkin. Bawah itu gudang. Mana mungkin suara ketukan itu berasal dari gudang?” kata Eloise heran.

“Ya siapa tahu benar.” … “Ayo kita cek.” Gabriel menarik tangan Eloise.

Mereka berdua berlari menuruni tangga dan sampai di gudang. Gudang rumah Eloise memang besar, tetapi tidak terlalu banyak hal di dalam.

Gabriel dan Eloise pun masuk ke dalam. Ya seperti gudang seperti biasanya, tidak ada yang aneh.

“Kan, sudah kubilang, tidak ada apa-apa di sini Gabriel.”

“Shh, ayo kita lihat-lihat saja.”

Setelah sekitar sepuluh menit mencari. Eloise menemukan pintu yang tidak tahu menuju kemana.

“Hei Gabriel, sini!” ujar Eloise. Gabriel berjalan menuju Eloise.

“Pintu apa ini?” tanya Gabriel.

Eloise memutar gagang pintu dan pintunya terbuka menuju basement yang bahkan Eloise sendiri tidak tahu mereka mempunyai basement lain. Saat Eloise menginjakkan kakinya ke tangga. Gabriel menahannya.

“Jangan dulu, kita tidak tahu ada apa di dalam.” tutur Gabriel khawatir.

“Aduh kamu ini! Memang di dalam ada apa?” ujar Eloise kesal

“Ayo kita cari senter. Di dalam terlalu gelap.” Sambil menarik tangan Gabriel untuk keluar gudang.

Mereka menuju kamar orang tua Eloise. Setaunya, Lucas menyimpan perabotan di kamarnya.

Sesampainya di kamar orang tuanya. Eloise dan Gabriel kaget dengan isi kamar yang berantakan dan tidak beraturan. Eloise tidak percaya dengan apa yang ada dihadapan mereka. Lucas dan Annette sangat suka dengan kebersihan. Mereka selalu merasa risih jika ada yang berantakan.

Eloise dan Gabriel memasuki kamar itu dan mulai mencari.

Aneh. Semua baju dan pernak-pernik milik Lucas dan Annette masih ada di situ. Handphone milik keduanya juga ada disitu.

“Sepertinya ada yang tidak beres dengan orang tuaku.” tutur Eloise.

“Hei, biasakan positive thinking. Siapa tahu mereka memang tidak membawa baju karena sudah di sediakan di tempat mereka menginap?” ujar Gabriel.

“Tidak, tidak mungkin. Kalau memang iya, mengapa barang-barang berharga mereka masih ada di sini?” … “Dompet Papapun juga masih di sini.” kata Eloise

“Abaikan saja, ayo kita lanjut mencari senter itu!” ucap Gabriel yang melihat Eloise ketakutan.

Setelah mencari kesana kemari. Akhirnya mereka menemukan senter itu. Lucas memang menyembunyikan perabotannya agar tidak membahayakan Eloise saat Eloise masih kecil.

“Ketemu!” ucap Eloise.

Mereka kembali ke gudang dan Eloispun mengarahkan senter itu ke dalam basement. Basement itu terlihat sangat terbengkalai dan mengerikan.

Gabriel mengambil senter itu dari tangan Eloise. “Hei!” sontak Eloise. Tidak mempedulikan itu, Gabriel langsung menggenggam tangan Eloise dan berjalan turun ke dalam basement. Di dalam mereka melihat banyak meja dan kertas-kertas yang berhamburan.

Ruangan itu sangat luas. Di ujung ruangan ada papan besar yang berisikan seperti sebuah rencana yang tidak diketahui apa. Papan besar itu terlihat sangat kotor. Banyak debu dan jaring laba-laba di ujung dan hampir menyelimuti seluruh papan.

Gabriel mengarahkan senternya itu ke arah papan dan membersihkannya menggunakan sapu tangan yang dia temukan di dekat papan.

Gabriel dan Eloise sontak terkejut saat melihat papan tersebut. Dari situ terlihat ada banyak manusia yang wujudnya tidak wajar. Seperti bayi berkepala dua, manusia berkaki tiga, wanita yang memiliki kaki dan tangan yang sangat besar sekali.

Eloise mengambil handphone-nya dari saku dan langsung memotret semua yang ada di situ. Sedangkan, Gabriel melihat-lihat meja disekitar. Banyak coretan kertas yang berhubungan dengan eksperimen di papan.

Sepertinya mereka sudah merancang ini dari dahulu sekali. Nuansa warna fotonya juga masih hitam putih. Dan juga cara berpakaian semua orang yang ada di foto itu terlihat seperti orang-orang di tahun 1850an.

“Gabriel?” ucap Eloise … “Ya?”

“Hewan apa ini?” ujar Eloise ketakutan.

“Hewan apa?” Gabriel berjalan menuju Eloise.

Mereka berdua terkejut melihat seekor babi berkepala ayam. Entah itu babi atau ayam, tetapi hewan itu masih bisa bergerak walaupun sudah sekarat. Dan suara ketukan yang ia dengar berasal dari paruh ayam yang mematuk papan kayu di sebelahnya.

“Sepertinya hewan ini baru saja dijadikan eksperimen.” kata Gabriel sambil memegang kertas ditangannya.

“Di kertasnya tertulis kalau eksperimen hewan ini hanya bertahan sekitar 8-10 jam.”

Eloise hanya bisa terdiam, takut. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah. Apakah orang tuanya yang melakukan ini? Apa tujuan mereka?

Melihat Eloise ketakutan. Gabriel langsung memegang tangannya dan mengajaknya keluar dari basement itu.

“Untuk apa mereka melakukan ini?” tanya Eloise.

“Sudah, tidak usah dipikirkan.” ucap Gabriel sambil mengelus punggung Eloise.

Mereka berdua kembali ke atas untuk menata barang-barang Gabriel di kamar tamu.

Setelah itu, untuk menenangkan diri mereka bermain kartu UNO milik Gabriel untuk bermain bersama, menonton televisi, bermain video game, dan lainnya.

Aktivitas itu membuat Eloise lebih tenang dan akhirnya tertidur di sofa. Terpaksa, Gabriel menggendongnya ke atas.

Gabriel kembali ke kamar tidurnya dan memainkan handphone-nya. Tiba-tiba, dia mendapatkan telepon entah dari siapa.

“Halo? Siapa ya?” tanya Gabriel.

“Gabriel… t-tolong.” terdengar suara Eloise di telepon.

“Eloise..?!” Gabriel terkejut.

“Tut..tuut…tut.” telepon terputus.

“Bagaimana bisa?! Dia ada di kamar sedang tertidur?” Gabriel bingung.

Ia bergegas ke kamar Eloise untuk mengecek kondisinya. Dia membuka pintu dan melihat Eloise masih tertidur pulas.

“Drrtt..” Gabriel mendapat satu pesan dari nomor yang sama. Saat dibuka isinya adalah map yang mengarah ke kantor perusahaan Lucas dengan pesan di bawahnya yang bertulis “Yang ada di rumah bukanlah aku, tolong. -Eloise.” Walaupun sedikit ragu terhadap pesan itu, Gabriel tetap bergegas menuju perusahaan Lucas.

Dia mengambil kunci mobilnya dengan gantungan kunci bergambar sapi yang sedang memegang papan bertuliskan “Gabriel<3”. Gantungan itu diberikan oleh Eloise saat Gabriel merayakan ulang tahunnya yang ke delapan belas tahun.

Gabriel langsung menyalakan mobil dan bergegas ke kantor Lucas. Dia takut temannya itu dijadikan eksperimen selanjutnya oleh Lucas.

Sesampainya di sana, Gabriel bertanya ke receptionist.

“Permisi, apa kalian melihat anak Pak Lucas?”

“Anak Pak Lucas?” receptionist bingung

“Ya, Eloise. Eloise Whitlock.” ujar Gabriel terengah-engah.

“Oh, nona Eloise. Tidak.” tutur sang receptionist dengan dingin.

“Baik, terima kasih.”

Gabriel terus menanyakan orang kesana dan kemari. Akhirnya dia menemukan orang yang sempat melihat keberadaan Eloise.

“Tadi saya melihatnya bersama Bu Annette masuk ke dalam lift.” ucapnya … “Sepertinya mereka menuju lantai basement paling bawah.”

“Terima kasih banyak.” ujar Gabriel sambil membungkuk.

“Hei nak, harus ku katakan. Hati-hati.” ucap karyawan itu sambil menepuk pundak Gabriel.

Gabriel langsung berjalan menuju lift. Ia menunggu sampai ada lift yang mengarah ke lantai bawah. Akhirnya ada satu yang menunjukan panah ke bawah. Gabriel langsung bergegas masuk.

Gabriel merasa aneh. Biasanya, lift di sini selalu penuh, tetapi saat panah mengarah ke lantai bawah, hanya sedikit orang yang masuk. Sekitar 5-7 orang saja. Lalu, dia teringat oleh perkataan karyawan tadi. “Hati-hati” Maksud karyawan itu apa? Mengapa kita harus berhati-hati? Ada apa?

Gabriel pun mengabaikan perkataan sang karyawan dan memencet tombol B3.

Sesampainya di lantai basement. Gabriel heran. basement itu tidak terlihat seperti basement sama sekali. Lebih terlihat seperti lorong rumah sakit.

Gabriel pun mulai menelusuri sekitar. Dia tidak berani bertanya kepada siapapun di situ. Takut mereka akan melaporkannya.

Gabriel memasuki ruangan khusus perawat untuk mengubah pakaiannya menjadi pakaian perawat. Setelah mengganti pakaiannya, dia berjalan ke lorong yang sangat panjang itu. Berharap bisa menemukan Eloise.

Gabriel berdiri di ruangan yang bertuliskan nama “Mylan Finnegan”. Mylan adalah nama Ayah Gabriel yang telah menghilang selama lima tahun. Gabriel menarik napas dan menghembuskannya, dia masuk ke dalam ruangan tersebut dan melihat Ayahnya terbaring lemas.

“Papa.. Papa!” ucap Gabriel yang memeluk Mylan sambil menangis.

“Gabriel?” ujar Mylan sambil membalas pelukan anaknya.

“Mengapa Papa ada di sini?”

“Papa juga tidak tahu.” … “Seingat Papa, Papa ditawari Lucas untuk menjadi partner bisnisnya. Tetapi Papa malah ada di ruangan ini.” ungkap Mylan

Emosi Gabriel melunjak. Ia tidak bisa percaya bahwa Lucas yang sudah ia anggap sebagai Ayahnya sendiri mengurung Ayah kandungnya di tempat ini dan sekarang sahabatnya yang dikurung.

Ia mengajak Ayahnya untuk keluar bersamanya, tetapi sang Ayah menolak.

“Pa, ayo kita keluar dari tempat ini.”

“Aku akan membantu Papa dan kita bisa hidup seperti dulu lagi!” ucap Gabriel sambil menangis.

“Gabriel anak kesayangan Papa, maaf ya nak, Papa tidak bisa meninggalkan tempat ini. Papa akan selalu ada di sini.” … “Maafkan Papa ya?” tutur Mylan sambil mengelus-elus rambut Gabriel.

“Nanti sering-sering kunjungi Papa di sini. Ya?”

“Kenapa Pa? Papa lebih memilih di sini dari pada tinggal bersama Gabriel? Samuel? Kak Matthéo? Mama?” ujar Gabriel dengan tangisan yang meledak.

“Maaf nak. Papa juga ingin yang terbaik untuk kalian semua.” … “Papa mempunyai perjanjian dengan Lucas. Dan jika Papa melanggar perjanjian itu, kalian yang kena imbasnya.” ungkap Mylan.

Gabriel tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menangis kejar sambil memeluk erat sang Ayah.

“Hei, sudah-sudah. Nanti perawatnya akan datang ke sini semua. Kau jadi tidak bisa menjenguk Ayah lagi.”

Gabriel duduk di sebelah Mylan untuk menenangkan dirinya sebentar. Setelah sedikit tenang, dia pamit ke Mylan dan berjanji untuk mengunjunginya lagi.

Setelah keluar dari ruangan itu Gabriel melihat nenek terbaring di kasur yang di bawa oleh para perawat dan dokter ke kamarnya. “Cepat keluar dari sini!” teriak sang nenek sambil melihat ke arah Gabriel

“Hei! Untuk apa melamun? Ayo cepat, sebentar lagi dia akan di operasi.” kata seorang dokter sambil menunjukkan jarinya ke ruangan bertuliskan nama “Eloise Whitlock”.

“I-iya.. maaf.” ucap Gabriel curiga.

“Operasi? Operasi apa? Apakah Eloise juga akan menjadi bahan eksperimen mereka?” Gabriel memiliki banyak pertanyaan di kepalanya yang belum bisa terjawab dengan dirinya sendiri.

“Ah sudahlah.”

Sampai di ruangan operasi, keringat Gabriel bercucuran.

Ia tidak tahu apa yang harus di lakukan. Dia hanya berdiri diam menunggu perintah. Beruntung, karena Ibunya adalah dokter bedah, dia tau nama alat-alat yang ada di situ.

Eloise terbangun dan sadar bahwa ada Gabriel di sampingnya. Ia memegang lengan baju Gabriel dan menariknya dengan perlahan. Gabriel yang menyadari itu menjadi sedikit lega. Dia menyusun rencana di kepalanya agar mereka berdua bisa keluar dengan selamat dari tempat aneh itu.

Di dalam ruangan itu terdapat dua perawat lain. Tetapi perawat yang satunya keluar entah sedang apa. Gabriel melihat sekitar dan mencekik leher sang perawat hingga pingsan. Tanpa disadari, perawat satunya lagi masuk dan menusukkan suntikan berisi cairan entah apa hingga membuat Gabriel pusing.

Tetapi dia tetap berhasil menggendong Eloise keluar dari gedung aneh itu.

Dia menyalakan mobil lalu segera pergi. Dia pergi sambil menyetel lagi favorit Eloise. Mereka berhasil kabur dan pindah ke Inggris untuk menghilangkan trauma mereka.

Tetapi, satu hal yang Gabriel tidak tahu adalah. Eloise yang ada di ruang operasi adalah Eloise yang ada di rumah bersamanya. Eloise asli sudah dijadikan eksperimen oleh Lucas dan Annette. Yaitu adalah nenek tua tadi yang menyuruhnya untuk keluar.

Penulis: Aliyya

(RM)

Scroll to Top